Resume Buku Guru Aini

Judul Buku                  : Guru Aini

Penulis                         : Andrea Hirata

Tahun Terbit               : Februari 2020

Penerbit                       : Bentang (PT. Bentang Pustaka)

Jumlah Halaman       : 336 Halaman

ISBN                            : 978-602-291-686-4

“Guru Aini” ditulis oleh Andrea Hirata, yang juga adalah penulis novel populer Laskar Pelangi. Andrea Hirata telah memenangkan banyak penghargaan sastra Internasional, di antaranya adalah pemenang pertama new york book festival 2013 untuk banyak karyanya, antara lain: The Rainbow Troops, Laskar Pelangi edisi Amerika, dan Laskar Pelangi Edisi Jerman. Novel Guru Aini ini merupakan prekuel dari novel “Orang-Orang Biasa” yang terbit di awal tahun 2019.

Novel ini sangat menakjubkan, membacanya membuat adrenalin terpacu menjadi bersemangat, termotivasi untuk belajar sungguh-sungguh, terutama pelajaran matematika yang selalu dianggap sebagai pelajaran horor yang menakutkan. Kisahnya mengajarkan bahwa kemampuan matematika tidaklah dilahirkan tapi dibentuk.  Sangat cocok dibaca oleh semua kalangan terutama pelajar, mahasiswa, orang tua, dan para guru.

Baca juga : Resume Novel “Sebelas Patriot”

Dari Sini Kisah Bermula

Awal kisah seorang gadis cantik yang terobsesi menjadi guru matematika karena terinspirasi oleh Bu Guru Marlis, gurunya semasa duduk di kelas 3 SD. Walau ibu dan guru SMA nya menentang dan terus membujuk supaya tidak mengambil pendidikan diploma 3 yang diselenggarakan pemerintah untuk mencetak guru-guru matematika, namun cita-citanya tidak terbantahkan.

“Kau bisa menjadi dokter, insinyur, sarjana hukum, sarjana ekonomi, sarjana apa saja, dengan mudahnya, macam membalik telapak tangan!”

“Terima kasih, Bu, tapi aku hanya mau menjadi guru.” (Guru Aini – halaman 1)

Dia adalah Desi yang setelah lulus pendidikan diploma 3 program pemerintah kemudian mendapat  tempat mengabdi paling pelosok daerah sumatra karena dia menukar nasibnya dengan temannya Salamah. Kisah keluarganya melepas Desi berangkat ke Ketumbi, Tanjung Hampar, kemudian perjalanan yang berlangsung selama 5 hari jalur darat dan laut yang memabukkan dikisahkan dengan sangat naratif.

Di Ketumbi. Tanjung Hampar Bu Guru Desi mengajar matematika di sebuah SMA. Seperti sekolah lain pada umumnya, sangat sulit mengajarkan matematika kepada para siswa karena rata-rata siswa menganggap pelajaran ini menyeramkan, ditambah lagi dengan guru matematika yang terkenal galak. Begitupun Bu Guru Desi, dia dikenal sebagai guru cerdas yang tegas. Ketegasannya sering disalah artikan oleh murid-muridnya, sehingga semua murid takut jika mendapat kelas dan guru matematika Guru Desi.

Hal itu juga dirasakan oleh Aini dan teman-temannya. Aini dikisahkan sebagai anak yang sangat susah belajar matematika. Sampai suatu hari kondisi  ayahnya yang tergeletak sakit dan belum bisa disembuhkan. Sudah banyak tabib yang didatangkan untuk mengobati penyakit ayahnya, namun belum ada hasilnya. Hingga seorang tabib berkata bahwa penyakit ayahnya hanya bisa disembuhkan dengan sekolah, dengan ilmu kedokteran modern. Hal ini membuat Aini bertekad untuk menjadi dokter, agar ia kelak bisa mengobati ayahnya. Namun Untuk menjadi dokter dia harus bersungguh-sungguh belajar matematika.

Baca juga : Resume Novel “Rindu” Tere Liye

Sakitnya sang ayah, keinginan untuk bisa mengobati ayahnya, ditambah lagi dengan tinggal kelas karena lama tidak masuk sekolah demi menjaga ayah yang lagi sakit,  membuat Aini memutuskan suatu hal yang menurut teman-temannya tidak masuk akal. Aini ingin mengulang kelas di kelas Bu Desi, dan belajar matematika langsung padanya.

“Cari mati kau, Aini! Semua murid menghindari Bu Desi! Kau malah mau menyodorkan diri padanya!’’ bentak Sa’idah. (Guru Aini – halaman 80)

Bagaimana kisah Aini belajar dengan Guru Desi sampai kemudian ia lulus di sebuah fakultas kedokteran. Kisah seru dan haru Aini bersama Bu Guru Desi dan juga cerita lucu dengan Trio Aljabaria nya yang heboh.

Kisah super harunya yang menguras air mata ada di dua bab terakhir novel ini yang sayang sekali jika tidak dibaca sampai tuntas.

Aku tak pandai menulis puisi seindah Guru Desi, namun pada dunia ingin ku ceritakan bahwa, namaku Aini dan Guru Desi adalah Guru Aini. Itulah puisi paling indah di dunia ini bagiku” (Guru Aini – halaman 216)

 

Bekasi, 28 September 2020

Sisri Yasmin

1 comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *