[Cerbung] Aku Seorang Petualang

Bagian 1

“Bunda, cepet sini bunda,” Umar berteriak dari halaman depan rumah.

“Cepetan Nunda, aku enggak bisa tahan lagi,” ujar Umar lagi.

Bunda yang masih memakai celemek tergesa-gesa ke halaman depan. Pikiran Bunda langsung tak menentu, takut si kecil mengalami hal buruk.

“Umar ga kenapa-kenapa kan? Ada apa sayang?” Bunda langsung bertanya sambil memperhatikan tubuh gemuk Umar.

“Apanya yang ga bisa ditahan, Sayang?” tanya Bunda lagi.

“Itu, aku enggak bisa nahan helikopternya terlalu lama,” Umar menjawab sambil menunjuk ke arah bukit.

Bunda tersenyum sambil menarik napas lega karena ternyata si kecil Umar tidak apa-apa. Bukan kali pertama, Umar berteriak memanggil Bunda saat bermain di depan rumah. Terakhir kali saat minggu lalu, Umar terperosok masuk ke saluran air depan rumah.

Selalu ada saja tingkah Umar yang membuat bunda dan seisi rumah kesal sekaligus tertawa. Si kecil Umar yang tak pernah bisa diam dan selalu saja ada ide konyol untuk apa pun. Tak heran jika semua orang termasuk satpam komplek mengenal Umar anak Ayah Arif dan Bunda Mila.

[Cerpen] Tarian Kampung

 

“Bun, aku mau ke bukit ya? Mau lihat helikopter sama teman-teman,” pinta Umar pada Bunda.

“Janji enggak macem-macem dan enggak lama, boleh ya bun?” pintanya lagi.

Tak begitu lama datang Alvin, Galang, dan Danish datang dengan penuh semangat hendak melihat helikopter. Bersama Umar, mereka tak pernah kehabisan ide untuk menghabiskan hari.

“Umar, ayo kita ke bukit sana?” ajak Alvin dengan penuh semangat.

“Cepat Umar, nanti keburu helikopternya pergi, dan kita batal berfoto,” kata Danish sambil memperlihatkan kamera kecil yang dibawanya.

“Bunda, boleh ya?” pinta Umar sambil memeluk Bunda.

“Iya boleh, tapi janji jangan macam-macam. Kalian hanya berfoto dan melihat helikopter saja, ya?” pinta Bunda pada mereka berempat.

Mereka langsung bersorak dan pergi bergegas dengan riang gembira karena akan bisa berfoto dengan helikopter. Walaupun bunda sedikit khawatir karena tahu dengan pasti bagaimana sifat Umar, tetapi berusaha tenang. Bunda tak ingin membatasi Umar hanya karena rasa khawatirnya.



 

***

“Akhirnya sampai juga kita di bukit, sebentar lagi waktunya berfoto,” teriak Danish dengan semangat.

“Nanti jangan lupa foto sendiri-sendiri dulu kemudian bersama, ok?” pinta Galang.

Mereka terus berjalan sambil membicarakan rencana berfoto dengan latar helikopter nanti. Tiba-tiba saja Umar yang berjalan paling depan berhenti mendadak dan membuat teman-temannya terjatuh.

“Kenapa berhenti Umar?” tanya Alvin sambil berusaha berdiri.

“Lihat itu?” jawab umar sambil menunjuk pada sebuah kotak dengan ukiran di atasnya.

Kotak kayu berwarna cokelat dan terlihat sangat tua tergeletak di antara rerumputan tinggi.

Sepertinya kotak tersebut terjatuh atau seseorang tak sengaja meninggalkannya di bukit tersebut.

“Wah,” mereka berempat serentak berkata sambil saling memandang.

Sepertinya mereka akan sedikit bertualang kali ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *