[Cerbung] Ibu, Kenapa Marah?

Rencana Ratu di Akhir Minggu

Akhir minggu yang dinanti akhirnya tiba. Ratu sangat senang karena itu artinya Ibu dan Ayah libur bekerja. Mereka bisa sepuasnya bersama-sama.

Kadang-kadang Ayah mengajak Ratu dan Ibu berjalan-jalan. Untuk sekadar berbelanja keperluan bulanan atau bahkan piknik ke suatu taman. Namun, yang paling disukai Ratu adalah kegiatan berenang. Ia memang sangat suka bermain air.

Sayangnya, kali ini Ibu agak lelah. Seminggu kemarin Ibu banyak sekali menyelesaikan tugas di kantor. Karena itu Ibu hanya mengajak bermain masak-masakan di rumah.

Ratu tetap senang dengan rencana itu. Sebab, biasanya ia hanya bisa bermain masak-masakan sendiri. Nenek lebih suka diajak mendongeng daripada bermain masak-masakan dengan Ratu.

“Ratu, coba tebak kita mau ngapain hari ini?” tanya Ibu sambil membangunkannya pagi itu.

“Berenang?” tebak Ratu.

Ibu menggelengkan kepala.

“Kita main masak-masakan.”

Tentu saja Ratu sangat senang dengan ajakan Ibu. Tanpa disuruh dua kali, ia langsung bangun dan terus mandi.

 

Ratu Ingin Memasak seperti Ibu

 

Pagi itu semua peralatan memasak kepunyaan Ratu dikumpulkan di teras belakang. Ibu pernah membelikan satu set alat masak persis seperti sungguhan tapi dalam ukuran kecil. Selama ini Ratu belum pernah mencobanya. Ia hanya memainkan memasak bohong-bohongan.

Tak lupa Ibu juga menyiapkan bahan-bahan makanan untuk memasak. Ada minyak goreng, tempe, terigu, bawang daun, dan bumbu penyedap rasa.

Ada yang bisa tebak, mereka mau bikin apa? Iya, Ibu mengajak Ratu membuat sesuatu yang mudah untuk dipaktekkan. Bikin mendoan kesukaan Ayah. Tetapi Ratu juga suka mendoan.

Ibu mulai mengiris tempe tipis-tipis. Ratu sangat ingin mencobanya. Tapi ibu melarang karena pisaunya sangat tajam dan khawatir melukai tangan anak perempuannya itu.
Akhirnya Ratu hanya memandangi saja meskipun dalam hati masih gemas ingin ikut melakukan.

Ibu melanjutkan mengiris bawang daun lalu mencampurkannya dengan adonan terigu yang sudah disiapkan. Setelah itu minyak goreng mulai dipanaskan di wajan di atas kompor portabel yang biasanya dipakai untuk piknik di taman atau kemping di gunung. Tadi, Ayah sudah membantu menyiapkan kompornya.

Selesai dengan adonan mendoan, Ibu segera memasukkan beberapa potongan tempe ke dalam wajan. Ratu yang sudah gemas daritadi ingin mencoba memasak, tiba-tiba tangannya sudah memegang sutil dan mencoba membalikkan tempe yang ada di depannya.

“Eehhh, jangan Ratu!” teriakan Ibu mengagetkan. Hingga tempe loncat dari wajan. Tangan Ratu juga kena percikan minyak panas.

“Tuuuh, kaaan… Apa Ibu bilang? Kamu diam saja, enggak usah ikut-ikutan.” Ibu malah berteriak makin keras karena tidak suka semuanya jadi berantakan. Wajahnya merah padam.

Lalu, Ibu malah sibuk membereskan tempe dan menyuruhnya mencari obat sendiri.

Tentu saja Ratu jadi sedih. Ia berpikir, “Kenapa Ibu marah? Aku, kan, hanya ingin mencoba masak seperti yang Ibu lakukan.”

Kegiatan masak-masakan itu menjadi tidak asyik lagi. Ratu menyelesaikannya dengan diam dan wajah muram. Untung ada Nenek yang memperhatikan.

Nenek segera memeluk dan memeriksa tangan Ratu.

“Enggak apa-apa, kok, hanya kena sedikit. Nenek carikan salep, ya.”

Nenek juga memberi pengertian pada Ratu, mungkin Ibu tidak bermaksud marah. Hanya agak kesal karena Ibu sedang lelah.

Ratu hanya mengangguk sambil menahan tangis. Antara menyesal sudah membuat Ibu kesal dan sedih karena sudah mengacaukan suasana hari libur itu.

Editor : Ruvianty ‘Evie’ Rahadian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *