[ Cerbung] Keni Hani Banni (Bagian 1)

KENI HANI BANNI

Part 1

 

“Huuuh! Upi  keterlaluan!” kata Keni sambil menghentakkan kaki. Tak sengaja  sepatunya menginjak sebuah botol bekas minuman ringan.

Suaranya keras hingga mengagetkan seekor kucing yang sedang tidur di dekat pagar. Kucing itu meloncat sambil mengeong keras. Kemudian dia menggeram dan menatap Keni tajam.

“Hush! Jangan bikin gara-gara, ya! Aku lagi kesel, nih!” Keni balas melotot. Sengaja dikeraskannya suara agar kucing itu tahu kalau dia tidak main-main.

Rupanya benar. Kucing itu takut. Bulu kuning kecoklatannya yang tadi berdiri perlahan normal kembali.

Hewan berkumis itu menatap Keni sejenak dan akhirnya mengalah. Dia kembali ke posisi semula dan melanjutkan istirahat siangnya yang sempat terganggu.

Keni beranjak  sambil menggerutu. Hatinya kesal sekali. Di sekolah tadi dia habis jadi bulan-bulanan. Teman-teman sekelas memberinya julukan baru, Kelinci Madu.

Semua berawal dari keisengan Upi. Entah dapat ide dari mana dia memanggil Keni dengan nama itu.

Huuuh, kesal, kesal!” Kembali gadis berpipi tembem itu menghentakkan kaki.

Namun nahas, ujung sepatunya jatuh tepat di atas genangan sisa hujan tadi pagi. Serta merta air berwarna kecoklatan terpercik mengenai rok merahnya.

“Aaaah!” pekik Keni menatap langit. Beruntung matahari keburu bersembunyi di balik awan hingga tidak menjadi sasaran kekesalan gadis itu berikutnya.

Keni menarik napas dalam. “Tenang, Keni. Tenang,” bisiknya pada diri sendiri.

“Astagfirullahaladzim,” ucapnya keras. Keni kembali menarik napas dalam. Berhasil, perlahan wajahnya  tampak sedikit tenang.

Gadis bermata bulat itu melanjutkan langkahnya. Dia tidak perlu terburu-buru. Kebetulan hari ini mereka bubar lebih cepat karena para guru rapat dengan kepala sekolah.

Keni menyempatkan diri memperhatikan keadaan sekitar. Rumah-rumah yang dilaluinya tampak sepi. Hanya satu dua orang yang tampak berada di luar.

Dia menyapa mereka sambil tersenyum. Keni teringat pesan ibu, “Kita harus ramah pada semua orang. Apalagi, kalau bertemu orang yang lebih tua, kamu mesti menyapanya terlebih dahulu.” Sebagai anak yang baik, tentu saja Keni melakukannya dengan senang hati.

Semuanya berjalan lancar hingga gadis itu tiba di perempatan jalan. Tepatnya di depan rumah Tante Mia.

Pandangannya jatuh pada bangunan kecil di depan rumah berwarna kuning itu. Sebuah kandang kelinci.

Tiba-tiba kejadian di sekolah tadi muncul kembali. Masih tergambar jelas bagaimana gembiranya Upi ketika semua teman ikut memanggilnya kelinci madu.

“Aaaah! Kenapa, sih, aku harus sekelas dengan anak nakal itu? Kenapa dia selalu usil? Salahku apa coba?” gerutu Keni sebal.

Wajahnya terasa panas. Cepat-cepat tangannya menutup kepala agar tidak ada asap yang keluar dari dalamnya.

“Lagian kenapa, sih ayah ngasih aku nama ini. Keni Hani Banni. Ya ampuuun, apa tak ada nama lain yang lebih indah? Maya kek,  Intan kek, Kemala kek, lebih bagus, kan?”

Mulutnya terus mengomel tanpa henti. Hatinya benar-benar kacau. Keni kehilangan konsentrasi. Perhatiannya teralihkan hingga tidak sadar ada benda bulat besar yang meluncur tepat ke arahnya.

Bersambung…

 

 

 

#joeraganartikel

#evencernak

#Day1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *