[Cerbung] Tiwi Mencari Teman
Tagged Tags:

[Dongeng] Tiwi Pindah Rumah

Pagi-pagi sekali, saat Tiwi masih mengantuk, samar terdengar suara Difi membangunkannya.

“Aku pergi dulu ke rumah pamanku di belakang bukit, ya. Sarapan sudah tersedia di meja.”

“Oahhemm … eh, kau mau ke mana?”

“Ke rumah pamanku. Mencari kayu terbaik untuk membuat rumahmu.”

“Oh, oke oke. Aku … tidur lagi, ya?”

Belum sempat Difi menjawab, Tiwi sudah mendengkur kembali. Matahari mulai mengintip naik dari balik bukit. Difi pun harus segera menyiapkan apa saja yang akan dikerjakan hari ini. Jika tidak, tugas akan semakin menumpuk dan tidak kunjung selesai.

Difi adalah kurcaci mandiri. Sangat paham bagaimana harus menjalankan tugasnya jika memiliki keinginan. Misi pertamanya hari ini adalah membantu Tiwi membuat rumah. Untuk tiang penyangga dan rusuk atap rumah yang terbaik adalah kayu dari ladang pamannya.



 

Desa di belakang bukit jaraknya lumayan jauh. Difi tidak ingin kesiangan agar rumah untuk Tiwi segera selesai dalam dua atau tiga hari. Ia juga harus segera mengurus kebun sebagai sumber utama bahan makanan sehari-hari.

“Difii … yuhuu,” panggil Tiwi yang baru bangun ketika matahari mulai meninggi. “Oh, aku baru ingat! Tadi pagi Difi pamit pergi. Ng, tapi pergi ke mana, ya? Kok, aku lupa.”

Setelah mencuci muka dan sarapan, Tiwi berjalan-jalan di sekitar rumah Difi. Tampak kebun sayur, bak persediaan air, kandang unggas, dan … “Apakah ini kolam? Atau danau kecil?”

Tiwi mengamati genangan air di balik ilalang tinggi serupa rawa-rawa dengan banyak hewan kecil berekor panjang. Apakah itu ikan?

“Oh, mungkin ini ikan langka yang hanya dimiliki Difi. Kubantu memberi makan, ah! Sepertinya mereka belum sarapan,” gumam Tiwi seraya mengambil makanan berbentuk bulat-bulat kecil berwarna merah dari lemari di belakang rumah.

Tiwi kembali masuk ke dalam rumah menjelang siang. Sebentar-sebentar Tiwi merebahkan diri di kasur kecil dan tipis milik Difi. Ia bingung harus melakukan apa karena Difi tidak kunjung datang. Mengotak-atik telepon seluler pun tidak ada gunanya. Tempat tinggal Difi tidak terjangkau jaringan media elektronik apapun. Televisi saja Difi tidak punya.

[ Cerbung] Keni Hani Banni

 

 

Tiwi keluar rumah lagi ketika sore hari. Tidak lupa ia menengok ke ‘kolam ikan aneh’. Betapa terkejutnya Tiwi saat tidak mendapati ikan-ikan tadi di tempatnya. Yang terlihat hanya beberapa katak besar.

“Ke mana perginya ikan-ikan tadi? Apakah mereka mati? Apakah aku salah memberi makan? Atau … mungkin mereka dimangsa oleh katak-katak besar ini?”

Tiwi mencari jejak ‘sahabat ikan’nya ke sana kemari. Semua rerumputan disibak dan dicermati. “Ooh … aku kehilangan teman kecilku. Di mana mereka, ya?”

“Hai, Tiwi. Kau sedang apa?” tegur Difi yang menarik gerobak kecilnya berisi beberapa kayu.

“Syukurlah, kau sudah tiba. Aku kehilangan temanku. Hiks ….”

Tiwi pun bercerita tentang teman-teman barunya yang kecil, berekor panjang, dan berkepala aneh di kolam yang dikelilingi rumput tinggi. Namun, Difi justru tertawa mendengarnya.

Hmm, ada apa, ya?

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *