[Cerpen] Berbagi ala Adi
Tagged Tags: ,

Oleh: Haryati Hs.

Mango Sago Duo

“Adi mau mango sago dua, ya, Bu,” pinta Adi ketika Ibu sedang membagi-bagikan dessert, atau makanan pencuci mulut, buatannya.

“Iya, yang satu untuk nanti malam, kan?” tanya Ibu.

“Enggak, Bu. Untuk sekarang saja,” sahut Adi sambil meraih dua cup mango sago dari atas meja.

Setelah mengucapkan terima kasih, Ia berlari ke luar rumah dengan membawa dessert  bagiannya.

Ibu menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan putra satu-satunya itu. Sudah tiga hari Ibu memperhatikan kelakuan Adi yang tidak biasa. Ia selalu meminta Ibu memberinya makanan dua kali lebih banyak.

Adi memang sedang dalam masa pertumbuhan, jadi Ibu menuruti saja kemauannya. Akan tetapi, Adi selalu membawa pergi makanan yang ia pinta. Kali ini Ibu tidak bisa lagi menahan keheranannya. Masalahnya, Adi tidak terlalu suka dengan mango sago. Makan satu cup saja tidak pernah habis, apalagi dua, batin Ibu.

Untuk Siapa Mango Sago itu?

 

Sore harinya, Adi berlari-lari kecil memasuki pekarangan rumah. Rupanya, saat itu Ibu sudah menunggu di teras. Ketika melihat Ibu berdiri sambil melipat tangan di depan dada, Adi merasa kalau Ibu akan menanyakan banyak hal kepadanya.

“Asalamualaikum, Ibuku yang cantik,” sapa Adi sedikit merayu, berharap perasaannya salah.

“Wa’alaikumus-salam. Sini, Kak, duduk dulu,” sahut Ibu tak terpengaruh rayuan Adi.

Sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Adi menuruti kemauan Ibu.

 

Setelah Adi dan Ibu sama-sama duduk di kursi teras, Ibu pun menghujani Adi dengan beberapa pertanyaan.

“Ibu ingin Kakak jujur. Dibawa ke mana makanan yang selalu Kakak minta dari Ibu? Semuanya tidak Kakak makan sendiri, kan?”

Bocah yang baru lulus TK itu menundukkan kepala. Ia takut dimarahi Ibu.

Kejujuran Adi

 

“Ibu tidak marah. Hanya saja, Kakak tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari Ibu dan Ayah,” bujuk Ibu yang mengerti perasaan Adi.

“Maaf, ya, Bu. Makanannya Kakak berikan kepada Jaya, teman baru Kakak,” ujar Adi menerangkan.

Menurut Adi, Jaya adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal bersama neneknya di kampung belakang komplek perumahan mereka. Adi mengenal Jaya ketika ia menolong Adi mengangkat sepedanya yang terperosok ke selokan tiga hari yang lalu. Ternyata, Jaya yang baik hati itu membantu neneknya dengan berkeliling menjual gorengan yang dibuat sang Nenek.

 

“Kakak kasihan sama Jaya, Bu. Makanya Kakak ingin berbagi makanan dengannya. Jaya pasti lapar sehabis berkeliling,” kata Adi mengakhiri ceritanya.

Ibu tersenyum lebar usai mendengar penjelasan Adi. Ibu merasa bangga dengan kasih sayang dan kepedulian putranya itu terhadap sesama.

“Lain kali, kalau Kakak mau berbuat baik, ajak-ajak Ibu, ya. Tidak perlu sembunyi-sembunyi,” kata Ibu kemudian sambil tersenyum.

Dengan cepat, Adi mendongak, lalu bertanya, “Ibu enggak marah?”

“Ya, enggak, dong. Jagoan Ibu berbuat baik, mana mungkin Ibu marah,” jawab Ibu dengan sebelah tangan mengacak-acak rambut Adi.

“Terima kasih, Ibuku yang cantik dan baik hati. Jadi, mulai sekarang Adi boleh kasih makanan ke Jaya setiap hari, kan?” tanya Adi lagi sambil menghambur memeluk Ibu.

Ibu mengangguk dan tertawa mendengar kata-kata Adi. Ia pun membalas pelukan putranya. Dalam hati, Ibu berterima kasih kepada Allah Swt. karena telah diberi seorang putra yang membanggakan.

 

Editor: Indah Taufanny

#joeraganartikel
#eventcernak
#Day4

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *