[Cerpen] Gajian di Sekolah

Pertemuan Tak Terduga

“Assalamu alaikum. Ada yang bisa saya bantu, Bu?” Sapa seorang  yang duduk di kursi resepsionis itu dengan sedikit mengangguk.
“Saya…. Eh, kamu Ahmad, ya? Kerja di sini?” kataku sambil mengamati anak muda yang ramah itu.
“Iya, Bu. Saya kerja sambil kuliah,” katanya sambil tersenyum.
“Wah, hebat!”
“Ibu masih ngajar? Terima kasih, ya Bu. Saya masih ingat uang yang wangi itu,” katanya pula. Dan kami jadi tertawa bersama.

Pertemuan tak terduga dengan Ahmad menyisakan kehangatan di hatiku. Bahkan ketika aku naik angkot dalam perjalanan pulang, aku tidak bisa menahan senyumku terus menerus. Ingin menyampaikan kabar ini pada teman-teman guru lain.

[Cerpen] Lila Mau Jadi Koki

 

Ahmad, Si Murid Istimewa

Empat tahun lalu Ahmad adalah murid yang istimewa di sekolah kami, SMP Harapan. Istimewa karena ibunya sering diundang ke sekolah. Ia sering tak hadir tanpa kabar, dan ketika bolos itu ada saja laporan perilaku yang kurang baik yang dilakukannya. Hampir saja ia putus sekolah karenanya.

Ayah Ahmad kuli bangunan. Ibunya berdagang makanan matang di dekat kampus ternama di Bogor.  Tiap pagi sang Ibu harus berangkat pagi-pagi sekali karena warungnya sejak pagi sudah ramai oleh mahasiswa yang sarapan.
Demikianlah Ahmad sejak kecil terbiasa ditinggal di rumah sejak pagi, diberi uang jajan, lalu menyiapkan diri sendiri untuk sekolah.

“Sudah 3 hari Ahmad tidak sekolah tanpa kabar, Bu,” kataku kepada ibunya Ahmad.
” Ya, Bu. Saya sudah bingung. Tiap hari sudah saya suruh sekolah, diberi uang saku, disiapkan baju dan sepatunya. Subuh sudah dibangunkan untuk salat. Tapi rupanya dia ketiduran lagi setelah saya pergi. Lalu malu datang ke sekolah kalau sudah kesiangan. Jadinya keluyuran. Kemarin sudah ditegur bapaknya. Sudah minta-minta ampun dan berjanji akan ke sekolah. Tapi ternyata hari ini bolos lagi, ya Bu.”
Ibunya menghela napas.
Dan kami berdiskusi panjang, bagaimana mencari cara agar Ahmad mau sekolah.



 

Hari Pertama Gajian di Sekolah

Keesokan harinya Ahmad menemuiku sambil tersipu-sipu.
“Ahmad, mulai sekarang kamu harus datang sekolah untuk mendapatkan uang saku. Ibumu menitipkannya pada kami. Belajar baik-baik ya, untuk masa depanmu juga. Orangtuamu sudah bersusah payah bekerja untuk mencukupi kebutuhanmu,” kataku sambil menyerahkan selembar uang sepuluhribuan. Wangi karena sudah  disemprot desinfektan.

Hari-hari setelah itu, tiap hari Ahmad gajian di sekolah. Dan seiring dengan kerajinannya, prestasi akademiknya pun meningkat. Alhamdulillah.

editor : Ruvianty Evie Rahadian

3 comments

  1. Tulisan berjudul, “Gajian di sekolah” Sangat menarik dan membuat penasaran. Pas baru membaca judulnya saja timbul banyak pertanyaan di benak saya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *