[Cerpen] Pelangi Riris

 

Rara memandang awan gelap yang menggantung di atas, tampak pekat sekali, seakan akan tidak kuat menahan beban.
“Ris, lihat! Awannya hitam sekali! Sebentar lagi hujan akan turun!”
Riris hanya tersenyum, matanya terpejam namun tampak mulut kecilnya bergerak gerak seperti orang yang sedang mengaji.
Suasana gerah siang itu membuat kamar tidur Rara yang sempit semakin panas.
“Ris! Kamu sedang menghafal, ya?” Rara menatap Riris yang sedang berbaring santai di atas kasur ditemani sebuah kipas mungil.

Tampak sekali Rara jengkel karena Riris yang berada disebelahnya namun tidak menghiraukannya.
“Ris! Ngomong, dong… !” Rara berteriak sambil merebut kipas kecil Riris.
Riris membuka matanya dan tersenyum.
“Semoga hari ini hujan deras datang.” Gumam Riris
“Ya. Lama tidak mencium bau tanah…………” Sambung Rara

[Cerbung] Ibu, Aku Ingin Dipeluk

Dua gadis kecil itu tampak memandang awan hitam dengan penun harap.
“Ra! Menurut kamu pelangi itu bagus, tidak?” suara Riris memecahkan keheningan
“Bagus sekali! Indah! Sangat indah!” jawab Rara dengan mengacungkan ibu jari.
“Kamu pernah melihatnya, Ra?” Riris bertanya lagi.
“Pernah, waktu berlibur ke rumah Kakek. Dua tahun yang lalu, ketika itu kamu sedang sakit, Ris. Jadi Ayah hanya mengajak aku. Keadaan hujan gerimis di jalan, Alhamdulillah setiba di rumah kakek hujan telah berhenti. Menurut Kak Wiwit tadi hujannya cukup deras di desa, dan baru saja berhenti. Kak Wiwit dan dik Angga mengajakku bermain di sawah, melihat pelangi di atas bukit. Indah sekali! Seperti sebuah tangga menuju langit.” Rara bercerita dengan wajah ceria.

“Kak Wiwit bercerita kalau ada pelangi berarti ada tujuh bidadari sedang turun ke bumi untuk mandi di sebuah sungai. Dan ada dua orang penjaga yang menjaga pelangi. Tugas pejaga itu adalah menjaga agar tak seorangpun naik ke tangga pelangi, dan jangan sampai ada orang mendekat tempat mandi bidadari.” Raras menyambung ceritanya
“Kamu percaya, Ra ?” Riris bertanya pada Rara sambil tersenyum
“Dulu sih percaya. Aku kan suka pelajaran IPA, pelangi adalah tetesan air hujan yang terkena sinar matahari. Karena itu umumnya pelangi terjadi di siang hari. Pelangi terjadi setelah hujan berhenti, kemudian sinar matahari langsung keluar menyinari bumi. Pantulan sinar matahari inilah mengenai tetesan air hujan yang berfungsi sebagai pengurai cahaya. Gitu, kan?”
“Pintar kamu, Ra!” Riris mengacungkan jempolnya pada Rara.
“Senang, ya, Ra, kamu bisa melihat pelangi. Sedangkan aku, kapan ya? Melihat wajahmu saja aku tidak bisa apalagi melihat pelangi.” Riris tertunduk sedih, air matanya berlinang.



Rara yang berbaring di samping Riris ikut meneteskan air mata. Rara tidak menyangka cerita indahnya tentang pelangi membuat Riris, saudara kembarnya sangat terpukul. Terkadang Rara lupa bahwa saudara kembarnya, Riris buta sejak dua tahun yang lalu akibat kecelakaan. Kini Rara paham mengapa Riris selalu menantikan hujan deras di siang hari. Walaupun sesungguhnya Riris tidak dapat melihatnya.

Hujan baru saja turun, suaranya semakin deras. Bau tanah tercium sangat jelas. Suara kodok dikejauhan juga semakin ramai.
“Hujan yang kau tunggu sudah turun, Ris.” Kata Rara memecahkan keheningan suasana.
Dilihatnya Riris tertidur nyenyak sekali. Rara menunduk berbisik lembut ditelinga Riris
“Mimpi yang indah, ya, Ris. Bermimpilah bertemu pelangi dan bidadarinya.”

Editor : Ruvianty Evie Rahadian

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *