[Cerpen] Sasa Tak Takut Lagi
Tagged Tags:

Alasan Sasa Malas Sekolah

Matahari sudah mulai menampakkan sinarnya, tapi Sasa masih saja meringkuk di balik selimut.

“Bangun, Sa. Sudah pagi, sayang. Kamu harus sekolah, kan?” tanya bunda sambil menggoyang-goyangkan tubuh Sasa lembut.

“Hmmm…Iya, Bun. Tapi Sasa masih mengantuk. Lima menit lagi yaaa,” rajuknya menawar.

Bunda menggelengkan-gelengkan kepalanya.

“Jangan, Nak. Nanti terlambat, loh ke sekolahnya. Ada pelajaran matematika di jam pertama, kan?” tanya bunda masih terus berupaya membangunkan anak gadisnya.

Sayang, Sasa makin membenamkan kepalanya ke dalam selimut mendengar kata matematika.

“Rasanya Sasa demam, Bun,” Sasa berkelit, membuat Bunda terkejut mendengar kata-kata putrinya. Dirabanya dahi Sasa, tapi suhu badannya biasa saja.

“Ini badan Sasa enggak panas. Ayo cepat bangun, terlambat nanti!” Kali ini Bunda memberi perintah. Dengan malas, gadis itu duduk dan beranjak dari tempat tidur. Ah, sesungguhnya ia takut pelajaran matematika. Menurutnya, matematika, kan susah sekali.

*


Matematika itu Menakutkan?


Pelajaran pagi ini dimulai dengan perkalian. Bagi Sasa, susahnya luar biasa. Ia selalu kesulitan ketika mengingat perkalian. Gadis itu mengembuskan nafas lega ketika bu Rini keluar dari kelas tanda pelajaran matematika sudah usai.

Ia melihat teman sebangkunya dengan rasa heran, setiap pelajaran matematika Kiki selalu bersemangat.

“Kamu enggak takut pelajaran matematika, Ki?” tanyanya penasaran. Kiki menggeleng,
“Aku justru suka matematika,” Jawabnya riang. Sasa mengeluh dalam hati.

‘Ah, padahal ia takut setengah mati. Kalau bisa enggak usah masuk sekolah setiap ada matematika,’ batinnya.

Kok bisa ya Kiki senang matematika? Batin Sasa. Padahal ia sendiri berharap enggak usah masuk sekolah setiap ada pelajaran yang ia takuti itu.

”Matematika itu menakutkan,” komen Sasa sambil mengernyitkan dahinya. Kiki tersenyum geli melihat wajah Sasa memelas.

“Tadinya aku juga begitu.Tapi sejak aku belajar pada Kak Sari aku enggak takut lagi. Ia mengajari aku bagaimana cara mudah untuk menguasai perkalian,” cerita Kiki.

“O, ya? Gimana caranya?” Sasa mulai penasaran.

“Ada rumusnya dengan jari. Gampang, kok. Kalau mau, Sasa juga bisa ikut belajar pada Kak Sari,” ajak Kiki.

“Mau…, mau,” jawab Sasa semangat.

“Nanti kita belajar sama-sama. Main saja ke rumah Kiki sore nanti, ya. Kita mulai belajarnya,” jelas Kiki. Sasa mengangguk tanda setuju dengan penuh semangat.

***

Sore itu, mereka belajar bersama. Kak Sari mengajarkan banyak hal. Mulai dari cara mudah untuk mencongak, belajar menggunakan jari untuk menghitung perkalian dan sebagainya. Hal ini membuat Sasa senang dan merasa segalanya jadi mudah.

“Ternyata menyenangkan ya, kalau kita tahu caranya,” kata Sasa lega karena sudah bisa mengerjakan soal-soal matematika dengan mudah.

“Iya, asal mau belajar dan tidak mudah patah semangat,” kata Kak Sari diiringi derai tawa mereka bertiga.

“Selama ini, aku menganggap matematika musuh besarku, Kak. Habis susah banget. Kepala jadi pusing,” cerita Sasa jujur. Mendengar penuturan teman adiknya itu, Kak Sari tertawa geli.

“Sesungguhnya kalau kita mau berusaha dan belajar. Tidak ada pelajaran apa pun yang sulit. Semangat, Sasa!” Nasihat Kak Sari. Sasa menjawab dengan mengangguk.

“Horeee! Aku tak takut matematika lagi,” teriaknya semangat. Mereka bertiga pun tertawa bahagia.

#joeraganartikel
#Eventcernak
#day2

Editor: Indah Taufanny

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *