[Dongeng] Batu Badaong

Darmi dan Emak yang Sabar

Darmi, Di suatu desa, hiduplah seorang Emak dengan seorang anak yang bernama Darmi.

Darmi sebenarnya anak yang baik. Namun, setelah kepergian abahnya menghadap Ilahi, sifat dan karakternya berubah menjadi kasar. Dia sering menyusahkan Emak.

Suatu hari, saat panas terik, Darmi berteriak kepada Emak, “Mak, ambilkan aku minum. Aku haus, nih!”

“Sebentar, Mi. Emak belum selesai. Kamu bisa ambil sendiri, kan?” jawab Emak yang sedang bekerja di ladang.

“Ah, Emak. Disuruh saja enggak mau,” kata Darmi dengan ketus.

 

“Sini, Mi, bantu Emak dulu biar cepat selesai!”

“Malas, Mak. Aku ngantuk, ingin tidur.” Darmi menolak perintah Emak dan memilih tidur di gubuk dekat ladang. Melihat kelakuan anaknya, Emak hanya bisa mengelus dada.

Selesai bekerja, dia membangunkan dan mengajak Darmi pulang.

“Darmi, bangun! Ayo, kita pulang! Tolong, bawakan singkong-singkong ini, ya!”

“Berat, ah. Emak bawa saja sendiri!” jawab Darmi sambil pergi meninggalkan emaknya.

“Astagfirullah. Kamu sudah banyak berubah, Nak,” gumam Emak merasa sedih.



 

 

Darmi, Anak yang Kurang Berbakti

 

Setelah sampai di rumah, Darmi berteriak lagi.

“Maaak! Aku lapar. Tidak ada makanan satu pun di meja.”

“Sabar, Mi. Sebentar lagi, singkong gorengnya matang,” kata Emak.

“Singkong lagi, singkong lagi. Kapan makan yang enak?” tanya Darmi.

“Darmi, kamu harus bersyukur. Kita masih bisa makan,” jawab Emak.

“Aku bosan, Mak. Lebih baik, aku keluar dan mencari makan sendiri!”

Beberapa jam kemudian, waktu magrib tiba. Emak bergegas pergi ke pancuran. Dia melihat Darmi pulang.

“Darmi, ayo makan dulu, Nak!” ajak Emak.

“Aku sudah kenyang, Mak. Ada orang yang ngasih aku makanan,” kata Darmi.

“…. Sekarang, salat Magrib dulu, ya, Nak.” suruh Emak.

“Nanti saja, Mak, aku capek!” ketus Darmi sembari masuk ke dalam rumah.

[Dongeng] Tiwi Pindah Rumah

 

 

Darmi Mulai Kelewatan

Belum selesai Emak berdoa, Darmi sudah menghampirinya.

“Emak, ….

“Belum ada uang, Darmi. Besok, kalau besok singkong kita habis, Emak kasih sedikit ke kamu, ya,” kata Emak.

“Darmi gak percaya!” kata Darmi sambil membuka dompet Emak dan mengambil beberapa lembar uang.

“Ini ada, Emak bohong!” cetus Darmi.

“Jangan, Nak! Uang itu buat ongkos Emak ke pasar.” Emak berusaha mengambil kembali uangnya

Darmi tidak mau tahu. Dia merebut paksa uang Emak sehingga Emak jatuh tersungkur.

“Ya, Allah. Tega benar kamu, Mi! Sifatmu keras seperti batu.” Emak berkata.

 

Kata-kata Bertuah Emak

Selesai Emak bicara, langit berubah menjadi mendung. Suara petir terdengar menggelegar.

Saat Darmi keluar dari rumah, tubuhnya perlahan-lahan berubah menjadi batu.

Darmi berusaha meminta tolong dan meminta maaf. Namun, semua sudah terlambat.

Emak langsung menghampiri Darmi dan memeluk tubuhnya. Dari hati yang paling dalam, Emak sudah memaafkan semua kesalahan Darmi.

Darmi juga tahu. Emak sudah memaafkannya. Dari matanya, keluar air mata penyesalan.

Oleh penduduk setempat, batu itu dinamakan batu menangis atau batu badaong.

 

Editor : Saheeda Noor

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *