[ Cerbung ] Kucing Baru  Laras – Part1

Hadiah Kucing di Hari Ulang Tahun

Setelah mengucapkan terima kasih kepada Mama yang telah memberiku izin memelihara kucing, tak lupa kuucapkan  kepada Papa.

“Pa, makasih ya, udah bantuin Adik bilang ke Mama. Jadinya boleh, deh, Adik pelihara kucing,” kata Laras dengan semangat sambil berjingkrak-jingkrak.

“Iya. Dik. Kalau udah ada kucing, tugas kita adalah membuat Mama juga jadi suka.”

“Siap, Pa. Pasti Mama akan suka, ‘kan kucing yang akan kita pelihara bukan kucing kampung. Bulunya halus dan enggak cerewet kalau minta makan.”

“Adik tahu dari mana?”

“Ya, bacalah, Pa. Papa sih enggak suka membaca jadi kurang paham.”

“Tapi ‘kan Papa suka nonton youtube, sama ajalah bisa tahu.”

“Pa, terus kapan kita ambil kucingnya?”

Entar tunggu Papa libur.

“Eh, ‘kan, ulang tahun Adik pas hari Sabtu. Papa libur, ‘kan?”

“Ya, belum tahu. Kita lihat besok aja, ya, Papa masuk kerja apa enggak.”

“Ya, Pa,” jawabku dengan nada datar.

Semoga Papa libur, jadi Sabtu dan Minggu aku puas bermain dengan kucing baru, Aku membatin penuh harap.

Bukan hanya hari ulang tahun, tetapi kucing yang selama ini aku idamkan akhirnya segera terwujud.



 

Kucing Baru Laras

Kebetulan di hari Sabtu ini Papa libur. Aku dan Papa pergi ke rumah temannya untuk mengambil kucing.  Sesampai di sana aku langsung melongok ke dalam rumah. Teman Papa memahami gelagatku.

 

“Mau yang mana, Dik?” tanya si Om ramah dan menyuruhku memilih. Aku menggelendot ke Papa.

“Yang mana ya, Pa? Yang orange apa hitam?” tanyaku ragu.

“Kalau Papa pilih yang orange, tapi terserah Adik mau yang mana.”

 

“Ya udah, deh, Om. Aku pilih yang ini aja.” Aku berjongkok sambil memegang seekor kucing kecil yang berwarna kuning. Hewan lucu berbulu lembut itu diam saja saat aku mengelusnya.

Akhirnya kami kembali ke ruang tamu.

Setelah mantap  dengan pilihanku, kami kembali ke ruang tamu.

[Cerpen] Memuliakan Tamu

 

Papa dan temannya mengobrol sementara aku asyik bercanda dengan kucing baruku.

Bulunya lembut, tapi baunya agak asem. Ntar sampai rumah Papa suruh mandiin, ah, biar wangi, gumamku.

Sekitar 15 menit kemudian, Papa berpamitan pulang. Kami membawa kucing yang sudah resmi diadopsi.

“Pa, entar langsung dimandiin, ya. Bulunya bau asem,” kataku saat sudah naik di atas motor.

“Ya. Jagain kucingnya, ya. Enggak rewel,’kan?”

“Enggak, Pa. Dia tengak-tengok doang.”

Perjalanan menuju rumah sekitar 20 menit. Sebelumnya, kami mampir ke pet shop untuk membeli makanan, sabun, dan aksesoris kucing.

Mendengar suara motor di depan rumah, Mama langsung menyambut kami dengan membukakan gerbang pagar.

“Jangan pegang dulu, Ma. Kucingnya masih bau, mau dimandiin Papa dulu!” larangku saat Mama hendak mendekat.

 

Bagaimana reaksi Mama setelah kucing dimandikan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *