Kesehatan mental perempuan setelah menikah menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Pernikahan merupakan hal yang sakral yang tentunya menjadi impian untuk semua orang bagi yang mempunyai pasangan. Tidaklah mudah mendapatkan pasangan yang sefrekuensi dari ribuan yang mengalami pendekatan.
Akan ada saatnya hanya satu orang yang gentle atau berani menemui kedua orang tua sang pujaan hatinya sampai meyakinkan untuk menjadi pasangan seumur hidupnya. Anak perempuan yang merupakan cinta pertama ayahnya kini harus rela untuk melepaskan anak sematawayangnya untuk beralih tanggungjawab kepada pasangan hidupnya.
Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental Perempuan Setelah Menikah
Bermula selalu bermanja pada ayahnya, apa pun yang diinginkan pasti meminta pada ayah. Namun setelah menikah itu berbeda, karena tanggungjawab ayah kini sudah beralih pada pasangan kita alias suami. Yang tentunya akan berbeda perlakuan ayah dan pasangan yang sudah menjadi seorang suami.
Menikah itu menyatukan dua insan yang berbeda kepala berbeda pemikiran dan akan membutuhkan waktu supaya berjalan dengan frekuensi yang sama. Maka dari itu untuk memutuskan menikah tentu harus dengan pemikiran yang matang tanpa ada paksaan dari luar dan harus siap lahir dan batin untuk menjalani pernikahan.
Jangan sampai ingin cepat-cepat menikah itu karena terlihat manis di luar, akan tetapi harus dipersiapkan dari segala hal termasuk mental kita sebagai wanita. Setelah menikah tentu kita akan tahu semua sifat dari seorang suami baik dan tidak baiknya.
Proses Panjang yang Harus Dilalui
Awal-awal pernikahan tentulah tidak selalu manis pasti ada pahitnya, pasti ada saja yang namanya ujian atau cobaan. Cobaan menghadapi karakter suami, cobaan dari segi karir, masih tinggal bersama mertua misalnya, ataupun dari segi ekonomi. Dan yakinlah semua itu pasti akan dilalui tentunya melalui berbagai proses yang tidak langsung bahkan bisa mencapai tahunan untuk bisa melaluinya.
Jangan hanya ingin langsung menjadi manis, tapi cobalah untuk menikmati setiap prosesnya. Karena kebahagiaan itu diciptakan bukan ditunggu. Tapi yang harus diingat yaitu libatkan Tuhan dalam setiap prosesnya, karena tanpa-Nya kita hanya manusia biasa yang tidak bisa membolak balikan hati manusia.
Peran Suami terhadap Kesehatan Mental Perempuan
Peran seorang suami disini perlu membaca karakter wanita yang sudah menjadi istrinya, dengan menghargai wanita yang sudah siap mendampingi pahit manis kehidupan bersama tanpa campur orang tua yang selalu ada setiap saatnya. Untuk menjaga mental seorang wanita setelah menikah cukup dengan memanjakannya dengan belaian kasih sayang, peluk, cium kening, panggilan sayang. Semua itu sudah lebih dari cukup dan merasa dihargai sebagai seorang istri. Kalau punya lebih kali-kali ajaklah istrinya makan bareng, belanja ke mall, atau liburan ke suatu tempat.
Karena menjadi seorang wanita setelah menikah itu, dia belajar segala hal, belajar menjadi ibu rumah tangga, dari mulai memasak, menyapu, mencuci dan lain-lain. Beda lagi kalau sudah memiliki anak. Wanita itu kini menjadi seorang istri dan seorang ibu. Dua jabatan yang sangat mulia kini harus dilaluinya.
Bersabar Menjalani Proses
Menjadi istri tidaklah mudah karena harus menyatukan dua kepala menjadi satu dalam rumah tangga. Dan ini pun harus melalui proses. Tetapi tugas istri itu tidak banyak hanya patuh akan suatu kewajiban menjadi seorang istri, menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Menjadi istri sekaligus ibu dari seorang anak itu peran yang luar biasa. Disisi lain harus melayani suami, di sisi lain melayani anak sematawayang. Terlihat sudah mental seorang wanita jika sudah mendapatkan dua peran yang mulia ini.
Pintar-pintarlah suami untuk menjaga mental wanita dengan dua peran ini, karena ada titipan yang harus didik dan itu perlu kerjasama dan tidak bisa kalau hanya dengan sebelah. Ciptakan keluarga yang harmonis sehingga akan berdampak baik pada seorang anak.
Penutup
Menikah itu ibadah yang terpanjang sepanjang hayat sampai maut memisahkan. Kesehatan mental perempuan setelah menikah menjadi sesuatu yang penting. Maka jika ingin pernikahan yang awet harus ada yang mengalah salah satunya jangan sama-sama keras kepala. Meskipun pahit cobalah untuk bisa bertahan lebih lama, karena pernikahan bukanlah sebuah permainan melainkan suatu ikatan atau janji suci untuk mencapai Ridho-Nya.