[Cerpen] Hadiah untuk Amel

Kegelisahan Nisa

Nisa gelisah sekali sore ini. Ia mondar-mandir ke dapur, ke depan rumah, duduk sebentar lalu masuk kamar. Entah apa yang dipikirkannya, tapi raut wajahnya nampak kusut dan muram.

Ibu masih asyik menjahit seperti biasa. Mengukur, menggunting, memasang jarum pentul di sana-sini, menyambung lembaran-lembaran kain hingga menjadi berbagai baju pesanan tetangga dan kerabat. Kalau sudah begini biasanya Ibu asyik sekali, ia hanya berhenti sesekali untuk istirahat sholat dan makan, atau melayani pelanggan yang datang. Sejak pagi Ia selalu berada di tengah tumpukan kain-kain itu hingga maghrib tiba. Setelah maghrib, barulah Nisa biasa mengobrol dengan Ibu.

[Kisah] Hindun Binti Utbah

 

Nisa mengamati Ibu lalu lambat-lambat ia menghampiri.

“Bu …,” panggilnya perlahan khawatir mengagetkan.

“Eh, ada apa?” Rupanya Ibu terkejut juga sedikit.

“Bolehkah aku minta uang, Bu?”

Ibu diam sambil mengerutkan kening.

“Ini baru hari Rabu, dan uang mingguanmu yang Ibu beri hari Senin yang lalu sudah habis?” Kerutan di kening Ibu bertambah dalam, dan matsnya sedikit menyipit menandakan sedang menahan marah.

“Nisa, berhematlah. Kamu …,” suara Ibu tercekat seperti hendak menangis.

Lekas-lekas Nisa memeluk Ibu.

“Bukan begitu, Bu. Uang Nisa masih ada, tapi Nisa ingin memberi hadiah untuk Amel. Sepertinya ini masih kurang. Besok hari terakhirnya di sekolah, karena ia akan pindah ke Makassar mengikuti ayahnya yang pindah kerja ke sana.” Tergesa-gesa Nisa menjelaskan.

“Selama ini Amel selalu baik padaku. Aku ingin membelikan hadiah kenang-kenangan untuknya.”

Ibu terdiam, seperti berpikir. Nisa mulai cemas. Sebetulnya ia tak ingin menyusahkan Ibu.



 

 

Hadiah Istimewa untuk Amel

“Bagaimana jika kita membuatksn sesuatu untuk Amel. Hadiah yang unik, yang dibuat khusus untuknya!” kata Ibu.

“Apa itu?”, sahut Nisa

“Coba Nisa pilihkan kain-kain perca sisa jahitan yang agak lebar.  Nanti kita lihat, kita bisa buat jadi apa.”

Nisa sebetulnya agak kurang senang. Kalau hadiahnya hanya sesuatu bikinan Ibu, apakah Amel akan suka ya, pikirnya. Tapi ia kerjakan juga memeriksa kain-kain sisa itu. Ternyata ada juga yang coraknya lucu-lucu.

“Nah, kita buat tas sederhana saja, bagaimana? Nisa bantu Ibu mengatur sambungan-sambungan kainnya agar nampak cantik dan menarik,” kata Ibu.

Jadi, sesore itu mereka berdua sibuk bekerja. Nisa pun senang melihat hasilnya, sebuah tas yang unik dan istimewa untuk sahabatnya tercinta.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *