Resume Novel “Rindu” Tere Liye

Salah Satu Karya Tere Liye; Rindu

Judul Novel: Rindu
Penulis: Tere Liye
Jumlah halaman: 544
Cetakan: XXII, November 2015

Novel Rindu, karya Tere Liye ini berkisah tentang perjalanan ke Tanah Suci Mekah dengan sebuah kapal. Kisah ini bermula pada tanggal 1 Desember 1938, pada masa penjajahan Belanda, sebelum Indonesia merdeka, sebuah kapal uap besar “Blitar Holland” merapat di pelabuhan Makasar.

Dari Pelabuhan Makasar naik ratusan penumpang. Diantaranya, seorang saudagar kaya, Daeng Andipati beserta istri dan 2 anak gadisnya, Elsa dan Anna. Ada juga seorang ulama masyur, Ahmad Karaeng yang lebih dikenal dengan panggilan Gurutta. Beliau masih keturunan Raja Gowa dan dalam darahnya mengalir darah Sultan Hasanuddin.

Hampir 90% setting dalam novel ini di atas kapal yang sedang melaju membelah lautan, dengan nahkoda Kapten Philips, seorang yang sangat bijaksana.

Baca juga : Resume Novel “Meniti di Atas Kabut”

Tokoh-Tokoh dalam Novel “Rindu”

Tokoh cerita yang paling penting dalam novel ini, dengan kisah heroiknya adalah Ambo Uleng, seorang pelaut hebat dari Bugis. Hanya dengan pakaian yang melekat di badan dan tekad untuk pergi sejauh mungkin dari tanah kelahirannya karena patah hati, ia melamar kerja di kapal.

Awalnya Kapten Philips menolak karena Ambo Uleng tidak mempunyai pengalaman kerja di kapal uap. Namun Ambo seorang yang ahli mengemudikan kapal phinisi. Akhirnya Ambo Oleng diterima menjadi kelasi dapur.

Kapal “Blitar Holland” terdiri dari 3 lantai, 2 lantai atas untuk penumpang dan kelasi, lantai bawah untuk ruang mesin, tungku batu bara dan gudang logistik. Di kapal ada masjid, penumpang kapal bisa sholat berjamaah disana, setiap abis subuh Gurutta mengadakan majlis ilmu. Selepas asar Elsa dan Ana, beserta anak lain belajar mengaji dengan Bonda Upe.

Tas yang berisi semua baju Anna hilang, sehingga ia meminjam baju kakaknya yang kebesaran. Saat kapal transit di Surabaya, Anna dan Elsa diajak ayahnya turun dari kapal membeli baju baru di Pasar Turi.

Novel Rindu Terkait dengan Kisah Perjuangan Bangsa

Saat Ana sedang memilih baju terdengar dentuman keras. Rupanya para pejuang kemerdekaan melemparkan granat ke arah opsir Belanda yang sedang berjaga. Di pasar terjadi keributan, pasar terbakar hancur lebur. Ana terpisah dengan Ayahnya dan ditolong oleh Ambo Uleng yang saat itu juga berada di pasar ingin membeli baju baru. Daeng Andipati sangat berterima kasih kepada Ambo Uleng yang telah menyelamatkan nyawa putrinya. Ambo Uleng juga untuk kedua kalinya menyelamatkan nyawa Daeng Andipati, saat sebilah belati nyaris mengenai lehernya, saat seorang jagal ingin membunuhnya sebagai pelampiasan dendam.

Daeng Andipati merasa sangat berhutang budi kepada Ambo Uleng, mencoba menawarkan untuk mengangkat Ambo Uleng menjadi karyawannya atau orang kepercayaannya, namun Ambo Uleng menolak karena dia tulus dalam menolong orang.

Di tengah Samudra Hindia, mesin kapal dimatikan karena ada kerusakan. Kapal terhenti terkatung-katung dilautan dan listrik pun padam.

Baca juga : Resume Buku Memanen Air Hujan

Ambo Uleng, yang sudah mempunyai pengamalan selama 5 tahun menjadi juru mudi kapal phinisi, tampil sebagai penyelamat. Dengan tiang-tiang layar, Ambo Uleng berhasil membuat kapal kembali bisa melaju dengan dorongan angin yang menggerakan layar. Akhirnya kapal sampai di Kolombo, teknisi segera naik ke kapal untuk memperbaiki mesin kapal uap yang rusak.

Saat Sergeant menjebloskan Gurutta ke penjara karena menulis buku “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa”, naiklah perompak Somalia dengan menyamar dengan kapal nelayan yang membutuhkan bantuan.

Sekali lagi Ambo Uleng tampil sebagai penyelamat yang bisa menumpas perompak Somalia dengan bantuan para penumpang lain.

5 Pertanyaan

Ada 5 pertanyaan yang dibawa oleh 5 orang penumpang dalam kapal Blitar Holland. Pertama, pertanyaan datang dari Bundo Upe, guru mengaji Anna dan Elsa. Apakah Allah akan menerima seorang cabo atau pelacur di tanah suci? Selama 15 tahun, Bonda Upe menjadi pelacur karena paksaan.

Pertanyaan kedua datang dari Daeng Andipati. Apakah tanah suci akan terbuka bagi anak yang membenci ayahnya sendiri? Daeng Andipati sangat membenci ayahnya yang kerap menyiksa ibunya.

Pertanyaan ketiga datang dari Mbah Kakung. Mengapa Allah tidak bisa menangguhkan kematian istrinya satu atau dua bulan setelah sampai di tanah suci? Mbah Putri meninggal di kapal dan jasadnya ditenggelamkan ke dasar lautan.

Pertanyaan keempat datang dari Ambo Uleng yang patah hati. Apakah cinta sejati itu? Apakah dia masih memiliki kesempatan berjodoh dengan cinta sejatinya?

Dengan arif dan bijaksana, Gurutta mampu menjawab pertanyaan dari penumpang kapal tersebut dengan arif dan bijaksanam Masih ada satu pertanyaan tersisa.

Pertanyaan kelima datang dari dalam diri Gurutta sendiri. Pertanyaan Gurutta dijawab oleh Ambo Uleng dengan perbuatan nyata. Bahwa kemerdekaan harus diperjuangkan dengan darah dan air mata, tidak bisa hanya dengan tulisan semata, seperti yang dilakukan Gurutta selama ini yang enggan berjuang dengan berperang karena tidak ingin ada pertumpahan darah.

Novel Rindu karya Tere liye ini ditutup dengan epilog yang memukau, happy ending. Dengan halaman setebal 544, tentu masih banyak bagian dari novel ini yang belum diceritakan.

1 comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *