[ Cerpen] Sepatu Dari Bapak
Tagged Tags:

Sepatu Bolong Didi

 

Pagi itu, saat pelajaran olahraga. Tiba-tiba terdengar suara.

Bruk

Suara dari seorang anak yang terjatuh saat berlari estafet.

“Didi ayo cepat bangun!” teriak seorang anak.

Anak itu menunggu Didi untuk menyerahkan tongkat estafet.

Dengan sedikit rasa malu, Didi berusaha untuk bangun dan melanjutkan estafetnya.

Dia melihat ke bawah, ternyata sepatu Didi sudah bolong. Hal ini yang membuatnya terjatuh.

Perlombaan estafet itu dimenangkan oleh grup lain, karena Didi sempat terjatuh tadi.

“ Kamu sih tadi jatuh, jadi kita kalah deh!” seorang teman menggerutu.

“Maaf ya teman-teman ini karena sepatuku bolong,” kata Didi meminta maaf.

“Masa kamu tidak bisa membeli sepatu baru?” tanya temannya yang lain.

“Bapakku belum punya uang jadi belum bisa membeli yang baru,” jawab Didi.

Saat mereka sedang berbincang, Pak Guru menyuruh semua murid untuk kembali ke kelas karena pelajaran olahraga sudah selesai.

Didi lalu ditinggalkan oleh teman-temannya karena grup estafetnya kalah. Didi merasa bersalah karena kejadian itu.

***

Doa yang Terkabul

Setiba di rumah, Didi menyapa Ibunya dan duduk terdiam di depan teras.

“Assalamua’laikum, Didi pulang Bu!” salam Didi kepada Ibunya.

“Wa’alaikumsalam sudah pulang, Nak? Kalau sudah ganti baju ayo makan ya!” Ibu menyuruh Didi untuk makan.

“Baik, Bu,” kata Didi bergegas pergi ke kamar.

Saat Didi sedang makan, Ibu melihat Didi seperti melamun.

“Kamu kenapa Di, makan kok sambil melamun?” tanya Ibu.

“Tadi aku kalah lomba estafet Bu, gara-gara sepatu Didi yang bolong,” jawab Didi sambil menundukkan wajahnya.

“Sepatumu bolong Di? Maaf yah Bapak dan Ibu belum bisa membelikan sepatu yang baru!” kata Ibu meminta maaf.

“Tidak apa-apa, Bu, masih bisa dipakai kok,” kata Didi.

Saat selesai makan, Didi segera pergi untuk mengambil air wudu.

“Aku harus salat Zuhur dulu,” gumam Didi.

Selesai menunaikan salat, Didi berdoa kepada Allah agar orangtuanya diberi kemudahan dan kelancaran dalam menjemput rezeki.

Bapak Didi adalah seorang penjual lampu bohlam. Didi mendoakan supaya dagangan Bapak laris dan banyak yang beli.

Sore hari pun tiba, Bapak Didi pulang dengan membawa tiga bungkus makanan dan satu bungkus kotak berisi sepatu.

“Assalamualaikum, Bu, Didi sini sebentar Bapak bawa sedikit makanan!” kata Bapaknya menyuruh mereka untuk menghampirinya.

“Waalaikumsalam, Alhamdulillah Pak ayo kita makan bersama,” kata Didi menyambut kepulangan Bapak.

“Ini buat kamu Di, coba buka!” Bapaknya menyuruh Didi untuk membuka sebuah kotak.

“Alhamdulillah sepasang sepatu baru terima kasih, Pak,” kata Didi sambil memeluk Bapak.

“Sama-sama Di, kamu harus rajin belajar ya!” kata Bapak sambil mengusap kepala Didi.

Didi bersyukur karena doanya sudah terkabul. Sepatu yang dari dulu dia inginkan akhirnya bisa dibeli juga oleh Bapak tercinta.

 

Editor : Nonz Ati

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *