[Cerpen] Janji Irfan
Tagged Tags: , ,

“Asyik! Adik dibeliin lego sama Kakek!” teriak Irfan, pelajar kelas 2 SD, sambil mengacungkan kotak mainan yang dibawanya.
“Adik dijemput Kakek?” tanya Ibu yang sedang menata meja makan, menyambutnya.
Irfan mengangguk, lalu mencium tangan Ibu.
“Mainan dari Kakek harus dirawat, ya, Dik,” pesan Ibu.
Irfan mengiyakan sebelum berlari ke kamarnya.
Sore hari, Irfan memainkan legonya dengan riang. Tak terasa, tiba saat baginya untuk pergi mengaji ke musala.
Buru-buru Irfan meninggalkan mainan yang berserakan di lantai, kemudian bersiap untuk mengaji.
“Dik, mainannya kenapa enggak diberesin?!” teriak Irma, kakak Irfan yang baru keluar dari kamar, tetapi Irfan sudah pergi.

Irfan pemalas, tidak pernah mau merapikan mainannya, gerutu Irma dalam hati.

Gadis kecil berusia sepuluh tahun itu pun membereskan semua mainan adiknya.

Ibu yang melihat hal itu langsung memujinya dan mengucapkan terima kasih, lalu mengajak Irma membuat pisang goreng di dapur.



***

Setiap hari Minggu, jika tidak bepergian, Irfan akan bermain dengan aneka mainan di ruang keluarga.

Ibu tidak pernah melaran. Ia hanya meminta Irfan merapikan dan menyimpan kembali mainannya.

Irfan pun selalu berjanji untuk melakukan permintaan Ibu. Sayangnya, Irfan sering sekali melupakan janjinya itu.

Untung ada Irma. Kakak perempuannya itu selalu bersedia membereskan semua mainan yang bertebaran di lantai.

Hari Minggu itu, Irfan bermain dengan lego kesukaannya, terutama lego pemberian Kakek. Ketika melihat Irma akan pergi, Irfan pun bertanya, “Kakak mau ke mana?”
“Ke warung,” jawab Irma.
“Ikut, Kak,” pinta Irfan.
“Adik, kan, sedang bermain. Berantakan gitu, masa mau ditinggal pergi?” kata Irma.

“Ke warung, kan, enggak lama, Kak. Pulangnya Irfan beresin, deh,” bujuk Irfan.

Akhirnya, Irma membiarkan Irfan ikut.

Gara-gara Tak Memenuhi Janji

Sepulang dari warung, bukannya menepati janji, Irfan malah menonton televisi sambil menikmati jajanan yang baru saja dibelikan Irma.

Ia hanya menjawab dengan kata ‘nanti’ ketika diingatkan. Tidak ingin berdebat, Irma membiarkannya dan pergi menemui Ibu di dapur.

Baru beberapa menit Irma membantu Ibu, tiba-tiba terdengar teriakan Irfan, disusul tangisannya. Buru-buru Irma dan Ibu mendatangi Irfan.
“Ada apa, Dik?” tanya Ibu panik melihat Irfan yang duduk di lantai sambil memegangi kakinya.
“Irfan jatuh, Bu. Aduh … kaki Irfan sakit,” jawab Irfan, masih menangis.
“Kok Adik bisa jatuh?” tanya Irma sambil berusaha membantu Irfan berdiri.
“Kaki Adik menginjak lego,” jawab Irfan.
“Tuh, kan … Adik enggak tepatin janji sih,” omel Irma. Tangannya memunguti lego yang berserakan.
“Eh, Adik janji apa?” tanya Ibu setelah memastikan Irfan baik-baik saja.

“Itu, lo, Bu, Adik janji mau beresin mainan setelah pulang dari warung, tapi malah nonton televisi,” jelas Irma.

“Iya … iya, Adik salah. Maaf, ya, Bu. Mulai sekarang, Adik akan membereskan mainan setelah selesai bermain. Adik enggak mau jatuh lagi gara-gara menginjak mainan,” janji Irfan di sela sisa isaknya.

Ibu membelai rambut bungsunya itu.
“Beneran, nih?” tanya Ibu sambil tersenyum.
Irfan mengangguk, lalu menoleh ke arah Irma yang baru selesai mengumpulkan semua mainannya.

“Demi Allah, Bu, Kak, Adik janji tidak akan bandel lagi,” kata Irfan dengan pipi bersemu merah.

Ibu dan Irma memeluk Irfan dengan sayang.

Sejak saat itu, Irfan selalu merapikan kembali mainannya setelah bermain.

Editor: Ayu Ningtyas

#joeraganartikel
#eventcernak
#Day1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *