[Cerpen] Ke Peternakan Sapi

Bulan ini tidak seperti bulan-bulan sebelumnya, subuh datang lebih awal. Sekitar jam empat dini hari, azan subuh sudah berkumandang. Bersahut-sahutan dari masjid ke masjid, surau ke surau. Membangunkan orang-orang yang masih terlelap, untuk segera menyambut hari, menjemput rejeki, dan berdoa untuk kebaikan hari ini.

Seperti biasanya Ibu dan Ayah selalu bangun lebih awal. Ibu memastikan keadaan rumah baik-baik saja, memeriksa makanan, air, kamar mandi, pintu dan jendela. Sementara Ayah membangunkan Arman dan Nita untuk segera Salat Subuh.

Pelan-pelan Arman membuka matanya. Keningnya sedikit berkerut. Matanya silau dengan cahaya lampu kamar. Dia masih belum beranjak dari tempat tidur.

“Man, hari ini kita kan akan pergi ke peternakan sapi milik Paman Bagus. Ayo cepat mandi, lalu salat!” kata Ayah.

Arman yang mendengar kata “Peternakan sapi” langsung bersemangat bangun. Ia ingat tadi malam Ayah berjanji akan pergi bersama ke peternakan sapi.

Pagi itu, semuanya berkumpul di meja makan demi menikmati sarapan nasi goreng spesial buatan ibu.

“Ayah akan mengunjungi Dik Bagus hari ini dengan anak-anak?” tanya Ibu.

“Iya. Seperti yang Ayah bilang tadi malam. Ayah diminta Dik Bagus untuk datang melihat sapi dan ada hal yang mau dibicarakan. Peternak sapi sedang kesulitan di masa pandemi ini. Kadang-kadang susu sapi tidak bisa dikirim ke pabrik atau ke hotel-hotel seperti biasanya” jawab Ayah.

“Ooh begitu. Mudah-mudahan Ayah bisa membantu. Arman dan Nita juga nanti bantu apa saja yang bisa dilakukan di sana ya!” pesan Ibu.

“Aku akan bantu memerah susu sapi, Bu!” seru Arman girang.

“Kalau aku bantu Bibi Ani saja di dapur, Bu!” kata Nita tak mau kalah.

Bersambung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *