Resume Novel “Sebelas Patriot”

Sebelas Patriot, Sebelas Pemain, Sebelas Pejuang

Judul Buku: Sebelas Patriot
Penulis: Andrea Hirata
Tahun Terbit: Juni 2011
Penerbit: PT Bentang Pustaka
Jumlah Halaman: 112
ISBN: 978-602-8811-52-1

Novel Sebelas Patriot menceritakan tentang pengorbanan seorang ayah dan kegigihan dalam menggapai mimpi. Ikal, seorang anak yang bermimpi ingin menjadi pemain sepak bola dan kebanggaan ayahnya. Kecintaan Ikal pada bola berawal dari album foto yang ditemukannya. Dari rasa penasaran itulah, akhirnya Ikal menemukan bagaimana ayahnya menjadi seperti saat ini, pria yang jalannya terpincang-pincang dan punggungnya penuh dengan luka. Kisah dari selembar foto yang ia temukan di album itu, membawanya pada kisah-kisah tentang kekejaman penjajahan pada saat itu.

Ayah Ikal, pada masa mudanya adalah seorang bungsu dari tiga orang bersaudara yang sangat mencintai sepakbola. Beliau berperan sebagai sayap kiri. Keberadaan mereka di lapangan sepakbola dianggap Belanda, yang saat itu menduduki Indonesia, sebagai ancaman yang tidak main-main.

Baca juga : Jalan Menuju Taubat

Van Holden sebagai utusan VOC di Indonesia, memahami bahwa keberadaannya di Indonesia berkaitan dengan politisi utusan Ratu Belanda. Setiap aspek, termasuk sepakbola, adalah politik. Dia akan menggunakannya untuk melanggengkan pendudukan Belanda di Indonesia. Lagipula, selama ini tak ada yang berani mengalahkan tim sepakbola gabungan Belanda. Maka, kepopuleran tiga bersaudara itu dapat mengancamnya dari dua sisi. Tiga bersaudara itu berkembang menjadi lambang pemberontakan sekaligus mengancam kejayaan tim sepakbola Belanda. Mau tidak mau mereka harus dibungkam.

Demi meluluskan tujuannya, Van Holden melakukan berbagai cara. Untuk melarang ketiga saudara itu tampil dalam kompetisi sepakbola, dia mengurung dan memberlakukan hukuman kerja rodi kepada pelatih dan tiga bersaudara itu. Sekembali dari pulau buangan, tiga bersaudara itu kembali bekerja di parit tambang. Tak lama kemudian, ada kompetisi sepakbola antara tim Belanda melawan para kuli parit tambang. Sebelas pemain, sebelas patriot, termasuk di dalamnya tiga bersaudara ikut bermain.

Pertandingan itu dimenangkan oleh tim parit tambang dengan skor 1-0. Gol satu-satunya yang dicetak oleh si bungsu. Ribuan penonton menyerbu lapangan dan si bungsu. Ayah Ikal, seperti kebiasannya saat bermain, meneriakkan “Indonesia! Indonesia!”. Kalimat itu disambut oleh teriakan ribuan penonton lainnya. Teriakan penuh semangat dan tanpa henti. Belanda berang mendengarnya.

Baca juga : Resume Novel “Rindu” Tere Liye

Usai pertandingan, tiga bersaudara dan pelatih diangkut ke tangsi. Mereka dikurung dalam seminggu. Ayah Ikal pulang dengan tempurung kaki kiri yang hancur. Sejak saat itu ia tidak bisa bermain sepak bola lagi.

Kecintaan Ayah pada sepakbola dan PSSI, membuat Ikal bertekad untuk menjadi pemain sepakbola dan bergabung dengan tim PSSI.

Novel ini ditulis oleh Andrea Hirata. Novel ini ditulis dengan rasa cinta. Cinta yang membuat kita dapat berdiri tegak dan sekuat tenaga meraih kemenangan. Cinta yang dipersembahkan untuk negeri ini, Indonesia.

Avatar

a girl who loves to listen to music while writing.

2 comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *