Rumah Lucu Pak Mamat (2)

Rumah Lucu Pak Mamat (2)
Oleh Ruvianty
Editor: Nonz Ati

Sahabat-sahabat kita tampak tertarik melihat Pak Mamat mulai bekerja memilah sampah plastik yang bertebaran di atas tikar plastik. Tanpa disadari, mereka ikut memilih sampah sesuai jenisnya. Yoga mengumpulkan bungkus kopi instan berwarna merah. Dodi merapikan kantong bekas minyak goreng ukuran 2 liter. Firman menumpuk wadah bekas mie seduh yang satu ukuran. Sedangkan, Luky memilih untuk mengelompokkan kantong bekas pewangi pakaian.

“Pak, botol-botol kaca itu, kok, enggak ikut dipilah?” tanya Yoga sambil memandang tumpukan rapi botol kaca di pinggir rumah Pak Mamat.

“Eh, itu mau Bapak buat sesuatu. Botol-botol itu belum cukup untuk pekerjaan yang Bapak rencanakan. Kalau sampah plastik ini, sebagian mau Bapak setor ke bank sampah.”

“Oh, begitu, Pak! Bank sampah yang di kelurahan itu, Pak?” tanya Luky serius.

“Iya, Bapak ke bank sampah cuma setor bungkus-bungkus plastik saja. Botol-botol plastik bekas air mineral ini juga Bapak simpan.” Pak Mamat menunjuk ke arah botol plastik yang sudah dikelompokkan menurut ukurannya.

“Aku sampai lupa ada perlu sama Pak Mamat!” seru Yoga disambut komentar-komentar lucu dari 3 temannya.

“Ya, Yoga ada apa cari Bapak?”

“Kata Mama, Pak Mamat bisa buat tas dari bungkus kopi, ya?”

“Betul! Yoga mau dibuatkan?”

“Eh, enggak bukan aku. Mama yang mau dibuatin, kalau teman arisannya suka, ya, sekalian dijual, deh!”

“Ah, lumayan kalau bisa dijual, Bapak perlu uang untuk pekerjaan dengan botol-botol itu!”

“Bapak mau buat apa dengan botol-botol itu?” tanya Dodi. “Kalau Bapak perlu bantuan, kita mau bantu. Ya, kan, geng?”

Pak Mamat menatap wajah empat anak laki-laki itu dengan mata berbinar-binar. Selama ini dia memang perlu bantuan, tetapi dia ragu siapa yang mau menolongnya. Tanpa menunggu lama, Dodi dan teman-temannya mendengarkan Pak Mamat menjelaskan rencananya dengan botol-botol itu.

“Aku bisa buatkan sketsa rencana Bapak, kalau Bapak perlu!” cetus Luky yang memang pandai menggambar.

“Kita bisa bantu mengumpulkan botol kaca pakai medsos kita, ya, kan, geng?” saran Dodi.

“Aku bisa mengusahakan bahan bangunan lain yang diperlukan Pak Mamat!” Firman menyatakan kesediaannya membantu.

“Kalau aku mau menjual hasil karya daur ulang Pak Mamat saja!” Yoga menutup kehebohan sahabat-sahabat kita.

“Masyaallah! Kalian anak-anak budiman juga dermawan! Akan tetapi, jangan lupa minta izin pada orang tua kalian, ya! Bapak khawatir mereka tidak suka kalian bergaul dengan pengumpul sampah seperti Bapak!”

(bersambung)
#JoeraganArtikel
#eventcernak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *