6 Macam Depresi yang Dapat Menyerang Remaja

Depresi Pada Remaja

Remaja (adolescent) adalah fase dimana seorang anak mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa (adult). Pada fase ini, seorang remaja mengalami proses perubahan perilaku dan pola pikir yang awalnya kekanakan menjadi lebih dewasa. Perubahan tersebut wajar, namun ada di antara mereka yang mengalami stres bahkan menunjukkan gejala depresi pada remaja.

Depresi adalah salah satu gangguan psikologis dimana penderitanya akan merasa sedih berkepanjangan dan kehilangan semangat hidup. Ini dapat mempengaruhi kondisi fisik. Bahkan penderitanya dapat melakukan bunuh diri bila tidak mendapat perhatian yang baik. Seseorang dinyatakan menderita depresi, umumnya bila mengalami gejala setidaknya selama dua minggu.

Depresi pada remaja lebih sulit terdeteksi, karena remaja sering mengalami perubahan mood. Oleh karena itu, orang tua, keluarga, dan guru harus lebih peka terhadap perubahan perilaku remaja. Jika perubahan mood atau perilaku remaja terlihat berlangsung lama hingga mengganggu aktivitasnya, sebaiknya segera dibawa untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Depresi tersebut bisa dipicu oleh beragam faktor, yaitu lingkungan, perubahan hormon, pengalaman traumatis, zat kimia otak, hingga genetik atau keturunan.

Baca juga : Manfaat Berolahraga

Sahabat, berikut jenis-jenis depresi yang biasa terjadi pada remaja.

  1. Depresi Mayor

Depresi mayor ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan dan kehilangan minat dalam beraktivitas. Hal ini menyebabkan kualitas hidup menurun. Penyebabnya bersumber dari kombinasi kondisi biologis, psikologis, dan sosial. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa depresi mayor dapat menyebabkan perubahan fungsi otak, termasuk aktivitas abnormal dari sirkuit saraf tertentu dalam otak.

Penanganan yang dianjurkan biasanya adalah pengobatan dan terapi bicara. Hal ini dapat menormalkan perubahan otak yang berhubungan dengan depresi.

  1. Distimia

Distimia mirip dengan depresi berat, sehingga diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk membedakannya. Lebih dari setengah penderita distimia akhirnya mengalami depresi berat.  Pada beberapa kasus, distimia lebih melumpuhkan daripada depresi berat. Gejala distimia memang tidak terlalu parah, namun bisa bertahan lama.

Hingga saat ini, penyebab distimia tidak diketahui secara pasti, sama halnya dengan depresi berat. Namun, ada beberapa faktor yang memicu penyebab distimia seperti faktor keturunan, zat kimia otak, kondisi biologis, dan traumatis. Faktor pemicu ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.

Penanganan pertama pada penderita distimia adalah merubah gaya hidup. Namun, jika perubahan gaya hidup tidak berpengaruh dan memberi efek, segera hubungi psikiater. Psikiater akan memberi obat anti depresan.

  1. Depresi Situasional

Terjadi karena situasi tertentu. Depresi ini bisa terjadi karena perpisahan dengan keluarga atau teman dekat, berada di lingkungan baru, perceraian orangtua, atau broken home. Gejalanya dimulai dari perasaan murung, perubahan pola tidur, perubahan pola makan, serta mengalami tekanan mental yang cukup tinggi. Munculnya gejala tersebut merupakan respon otak terhadap stres.

Penderita akan dibantu dengan penanganan secara medis dan psikis. Penderita akan diberikan obat anti depresi, dan obat untuk mengatasi gangguan tidur.

  1. Depresi Bipolar

Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat drastis. Penderita gangguan bipolar bisa merasa sangat senang dan berenergi di suatu waktu, hingga tiba-tiba menjadi sedih dan depresi.

Ketika berada dalam fase senang dan berenergi (mania atau hipomania), penderita bipolar akan mengalami beberapa gejala seperti optimis, tidak bisa diam, sangat berenergi, percaya diri yang berlebihan, merasa tidak perlu tidur, nafsu makan meningkat, dan banyak pikiran. Setelah berada dalam fase mania atau hipomania selama beberapa saat, penderita akan masuk ke fase mood yang normal, kemudian ke fase depresi. Perubahan mood ini bisa terjadi dalam waktu hitungan jam, hari, minggu, hingga berbulan-bulan.

baca juga : Yuk, Bijak Bermain Sosmed
  1. Depresi Atipikal.

Jenis depresi ini umumnya menjadikan momen bahagia sebagai pemicu mood sendu. Beberapa penderita kadang salah mengartikan bahwa gangguan yang dialaminya bukan hanya sebuah rasa lelah atau kebosanan biasa. Beberapa gejala yang dialami penderita yaitu peningkatan nafsu makan dan berat badan, sensitivitas yang berlebihan terhadap penolakan, terlalu banyak tidur, tubuh terasa berat untuk digerakkan, dan berpikir bahwa hidup tak lagi berarti.

  1. Depresi Premenstual

Premenstrual dysphoric disorder (PMDD) adalah jenis depresi yang menyerang wanita pada saat menjelang menstruasi. Kondisi ini sering disebut sebagai sindrom pramenstuasi yang berat. Wanita yang mengalami PMDD dapat mengalami beberapa gejala, seperti mudah emosi dan tersinggung, merasa cemas berlebihan, sulit tidur, nyeri otot, kram perut, nafsu makan hilang atau justru bertambah, dan sakit kepala. Gejala ini biasanya akan muncul dalam waktu 1 minggu sebelum menstruasi dan menghilang setelah datang bulan.

Gejala dan Keluhan yang Dialami

Nah, sahabat, berikut gejala dan keluhan yang biasa muncul pada remaja yang depresi.

  1. Mudah menangis, tersinggung, dan marah karena hal-hal yang sederhana.
  2. Kehilangan minat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
  3. Mudah menyalahkan diri sendiri.
  4. Sulit konsentrasi, sering bolos, dan nilai pelajaran turun.
  5. Sulit tidur (insomnia)
  6. Mudah lelah.
  7. Sering sakit kepala atau sakit perut.
  8. Tidak nafsu makan atau justru makan berlebihan.
  9. Perubahan mood yang sangat lama

 

Depresi Pada Remaja Dapat Diobati

Berikut jenis-jenis pengobatan depresi yang umum dilakukan

  1. Psikoterapi

Psikiater akan melakukan  tes psikoterapi dengan cara wawancara untuk membantu penderita mengatasi depresi. Psikoterapi dilakukan untuk mengukur beberapa aspek yang dialami penderita seperti sudut pandang negatif terhadap situasi yang dialami, pengalaman yang membuat tertekan, komunikasi dan hubungan dengan orang lain, dan Emosi.

  1. Minum Obat Antidepresan

Pemberian obat untuk depresi yaitu antidepresan juga dapat membantu mengatasi gejala depresi. Antidepresan berkerja dengan cara menyeimbangkan zat kimia otak yang mengatur suasana perasaan.

  1. Terapi kejut listrik

Jika obat belum dapat meredakan gejala dan keluhan depresi, terapi kejut listrik atau electroconvulsive therapy (ETC) bisa menjadi pilihan. Dalam ECT, gelombang listrik akan dialirkan menuju seluruh tubuh untuk memengaruhi kerja otak, sehingga gejala depresi mereda. ECT juga dapat dilakukan pada pasien yang berisiko tinggi untuk bunuh diri.

  1. Stimulasi Magnet

Terapi ini mengirimkan sinyal magnetik untuk merangsang sel-sel saraf di otak yang mengatur suasana hati.

  1. Dukungan Keluarga

  2. Dirawat

Penderita depresi yang parah atau yang memiliki keinginan bunuh diri, perlu dirawat di rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk memantau perkembangan penderita, serta melindunginya hingga suasana hatinya berubah menjadi lebih baik.

Nah, sahabat, penting untuk mengetahui macam-macam  depresi. Jika ada masalah, ceritakan pada orang terdekat agar bisa membantu sahabat. Hindari depresi sejak dini.

2 comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *