[Cerpen] Memuliakan Tamu

Telepon dari Om Ari

Tring … Tring … Tring …

Handphone Ayah berbunyi pertanda ada panggilan masuk. Gegas Ayah langsung mengangkatnya.

Assalamu’alaikum, Bang. Kami boleh main ke rumah? Kalau boleh, sebentar lagi sampai, Bang” kata penelpon.

Wa’alaikumussalam. Boleh dong. Kebetulan kami tidak ada rencana pergi akhir pekan ini,” jawab Ayah.

Aku yang di samping Ayah langsung menoleh. Dalam hati bertanya-tanya, siapa ya, tamu Ayah nanti. Setelah menutup teleponnya, Ayah berkata kepadaku.

“Dinar, tolong panggilkan Ibu, ya,” pinta Ayah.

“Iya, Yah,” jawabku lalu berjalan ke dapur.

Rencana Kedatangan Om Ari Sekeluarga

“Om Ari sekeluarga mau main ke sini, sebentar lagi sampai. Kita bagi tugas, ya, Ayah membersihkan kamar tamu, sedangkan Ibu dan Dinar menyiapkan makanan!” perintah Ayah.

“Siap Ayah!” jawab Ibu dan aku hampir bersamaan.

Senang rasanya Om Ari sekeluarga ke sini. Itu artinya ada Nisa juga. Nisa anaknya Om Ari dan Tante Nela. Dia seumuran denganku. Wah …  jadi tidak sabar mau main bareng Nisa, batinku.

Tanpa aba-aba lagi, kami langsung menjalankan tugas masing-masing. Aku diminta Ibu menata peralatan makan di meja dan mengisi toples dengan jajan.

“Alhamdulillah …  Ibu lega. Karena tadi Ibu masaknya banyak. Kita bisa makan siang bareng nanti,” kata Ibu sambil tersenyum.

“Iya, Bu, jawab aku tak kalah semangat.

Kedatangan Om Ari Sekeluarga

Tok … Tok … Tok …

Assalamu’alaikum.”

Terdengar pintu rumah kami ada yang mengetuk.

“Itu pasti Om Ari” batinku.

Wa’alaikumussalam.” aku menjawab salam sambil membuka pintu. “Mari masuk Om, Tante, dan Nisa” sambungku.

Setelah mereka semua masuk, aku pun menyalami Om Ari dan Tante Nela, dan langsung memeluk Nisa. Rasa kangen langsung terobati. Ayah dan Ibu ternyata juga sudah di ruang tamu. Kemudian mereka saling bersalaman.

Karena sudah waktunya makan siang, Ayah mengajak kami ke meja makan. Ibu mempersilahkan Om Ari dan keluarganya untuk mengambil makanan terlebih dulu.

Kami makan dengan lahap, karena masakan ibu sangat enak. Aku dan Nisa sampai nambah dua kali … Hihi

Kepulangan Om Ari Sekeluarga

Tak terasa, sudah waktunya Om Ari, Tante Nela, dan Nisa pulang. Semalam mereka menginap di sini dan Nisa tidur di kamarku. Ibu sudah menyiapkan buah tangan untuk mereka.

“Ini dibawa, ya,” kata Ibu sambil menyerahkan buah tanya ke Tante Nela. Tante Nela menerimanya sambil tersenyum.

“Terimakasih, mbak,” kata Tante Nela.

Aku dan Nisa kembali berpelukan. Ada perasaan sedih. Doaku semoga Om Ari sekeluarga bisa main lagi ke sini.

“Bang, Mbak, Dinar, Kami pamit dulu, ya. Assalamu’alaikum,” ucap Om Ari. Mereka pun masuk ke dalam mobil. Tante Nela dan Nisa melambaikan tangan. Kami juga ikut melambaikan tangan sampai mobil Om Ari tidak terlihat.

Ucapan Terimakasih Ayah dan Ibu

“Terimakasih, ya, Sayang. Dinar sudah membantu Ayah dan Ibu memuliakan tamu,” ujar Ayah sambil mengelus kepalaku yang tertutup jilbab.

“Iya Ayah, sama-sama. Dinar juga seneng karena ada Nisa,” balasku.

“Tapi jangan ke Om Ari aja, ya, kesemuanya. Kalau ada tamu kita sebisa mungkin memuliakannya. Karena Allah sangat menyukainya.” tambah Ibu.

Aku pun mengangguk pertanda paham.

***

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya” (H.R. Bukhari).

Editor: Fitri Junita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *