[Cerpen] Story Telling Shira
Pagi itu, Shira bergegas menuju ruang klub pecinta bahasa Inggris di sekolah untuk menemui kak Aisyah. Menurut Kinanti, sahabatnya, kak Aisyah siswi kelas 9 bisa membantunya latihan story telling. Dia diminta Bu Dwi untuk mengikuti lomba tersebut.
“Selamat pagi, Kak Aisyah,” sapa gadis cantik itu ramah.
“Selamat pagi,” Kak Asiyah mengangkat wajah dan meletakkan buku yang sedang dibacanya.
“Hai! Kamu Shira, bukan? Selamat ya, Aku dengar kamu adalah salah satu peserta lomba story telling antar sekolah dasar minggu depan.” Dia tersenyum hendak menyalami Shira.
“Kak Aisyah mengenalku?” jawab Shira setengah heran.

“Tentu saja,” Kak Aisyah menjawab dan tertawa, “Siapa yang tidak kenal Shira, siswi kelas V terbaik dalam pelajaran bahasa Inggris.”

Shira menjadi kikuk dan tidak enak. Untungnya Kak Aisyah segera menyadari sikap Shira.

Lomba Story Telling

“Silakan duduk. Maafkan perkataanku. Ada yang bisa aku bantu?”
“Aku ingin bicara tentang lomba story telling itu. Aku tidak mau mengikutinya. Aku pasti akan mempermalukan diri sendiri,” Shira mencerocos.
“Lho, kenapa? Padahal ini kesempatan emas buat kamu,” Kak Aisyah terkejut mendengar pengakuan Shira.
“Aku sudah beberapa kali mengikuti lomba sejenis. Setiap berada di depan, aku lupa ceritanya.”
“Bagaimana kalau kita berlatih bersama setiap pagi di sini? Kamu cari dulu ceritanya dalam bahasa Inggris. Dengan modal bahasa Inggrismu yang sudah baik, aku rasa waktu kita cukup sampai minggu depan.” Kak Aisyah mencoba membujuk dan menyemangati.
Tanpa pikir panjang lagi, Shira mengangguk dan menyalami Kak Aisyah, “Aku setuju.”
“Satu hal sebelum kita mulai berlatih besok.
Jangan berpikir harus menang. Yang penting, kamu melakukannya dengan senang hati,” pesan Aisyah mengakhiri pembicaraan pagi itu.
***
“Once upon a time, in a village, there lived a poor old woman…..”
Ini hari terakhir Shira berlatih bersama Kak Aisyah. Beberapa teman yang menonton bertepuk tangan ketika latihan usai.
Hampir saja Shira membatalkan kembali niatnya untuk ikut lomba. Tiga hari pertama banyak yang harus diperbaiki. Mulai dari intonasi, cara membaca, hingga kegugupan yang selalu saja melanda.
Untunglah Kinanti dan teman-teman selalu hadir menyemangati. Mereka juga ikut mempersiapkan alat peraga untuk mendukung penampilan Shira.
***

Salah Tidak Masalah

Akhirnya, hari perlombaan tiba. Jantung Shira berdebar kencang dan tangannya terasa dingin.
“Aku masih takut, Kak. Aku takut melakukan kesalahan dan menjadi malu karenanya,” curhat Shira sebelum gilirannya maju tiba.
Kak Aisyah menghela napas, ”Kamu tidak perlu khawatir, Shira. Kamu tidak perlu memikirkan menang atau kalah. Lakukanlah sebaik mungkin, maka yang terbaiklah yang akan kamu dapat.”
“Tapi…,” Shira tampak masih ragu.
“Tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah melakukan kesalahan. Dengan berbuat salah, orang akan tahu mana yang benar,” Kak Aisyah memotong kalimat Shira.
“Lagipula hanya orang sombong yang takut salah. Mengapa? Karena yang tidak pernah berbuat salah hanya Tuhan. Apa kamu termasuk orang sombong, Shira?”
“Apa Kakak pernah melakukan kesalahan ketika lomba story telling?” Shira tidak menjawab pertanyaan Kak Aisyah, tetapi balik bertanya.
“Tentu saja pernah. Aku ingat, waktu itu pertama kali ikut lomba tingkat nasional. Pesertanya banyak dan ceritanya dibagikan secara mendadak oleh panitia. Duh, aku tidak hapal ceritanya. Sehingga saat tampil ceritaku terbalik-balik. Melihat juri, aku jadi salah tingkah. Ya, akhirnya tidak juara. Tapi aku jadi lebih berpengalaman dan siap di tahun berikutnya,” Kak Aisyah bercerita panjang lebar.
Mendengar penuturan Kak Aisyah, Shira jadi bersemangat dan berusaha percaya diri, hingga giliran namanya dipanggil.
Finally, they lived happily, ever after.”
Shira mengakhiri kisahnya diiringi tepuk tangan meriah dari penonton.
Shira senang sekali bisa menyelesaikan tugasnya. Apalagi Kak Aisyah kemudian memujinya dan mengatakan, bahwa Shira benar-benar seperti mendongeng.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *