[Cerbung] Harta Karun Nana

Oleh: Asri Susila Ningrum

Hiks … hiks … hiks!” Terdengar suara tangis dari seorang gadis kecil yang sedang duduk di atas ayunan. Sesekali tangan mungilnya menyeka air mata yang mengalir dari mata bulatnya.

Gadis kecil itu bernama Nana. Sedari pukul empat sore, ia bermain di lapangan yang terletak di dalam perumahan tempat tinggalnya. Biasanya Nana bermain petak umpet atau pasar-pasaran dengan teman-temannya. Namun, kali ini karena suasana hatinya yang buruk, Nana hanya duduk di kursi ayunan tanpa mengayunnya.

Melihat Nana yang tampak murung, Safa—sahabat Nana di sekolah, sekaligus tetangga di belakang gang rumahnya—mendekati dan ingin mengajak bermain. Nana dan Safa sudah bersahabat semenjak dari Taman Kanak-kanak, hingga sekarang—duduk di kelas dua Sekolah Dasar.

“Nana, aku ayun, ya,” ujar Safa.

Tidak usah, Fa. Aku mau pulang saja, deh. Besok kita main lagi, ya,” sahut Nana seraya melambaikan tangannya pada Safa.

Safa merasa bingung melihat tingkah laku Nana yang tidak seperti biasanya. Namun, Safa tidak berani bertanya.

Nana berlari menuju rumahnya. Setelah sampai dan mengucap salam, Nana mengunci pintunya di kamar.

“Sayang, Nana, ada apa, Nak?” tanya Ayah lembut. “Kok, pulang dari main, tiba-tiba ngambek?”

“Nana, ayo mandi dulu. Sudah sore. Lihat, matahari saja sudah mau terbenam!” sergah Ibu.

“Ya, sebentar lagi, Bu,” terdengar suara Nana menyahut dari dalam kamar.

“Nana kenapa, sih, Bu?” Ayah bertanya penasaran.

Ibu menjelaskan alasan di balik sikap Nana sore itu. Semua berawal dari permintaan Nana yang tidak dikabulkan oleh ibu. Nana meminta dibelikan sepatu roda baru oleh ibu. Padahal sepatu roda miliknya masih bagus.

Ibu dan Ayah tidak sayang pada Nana. Masa Nana minta sepatu roda baru saja tidak diperbolehkan sama Ibu. Ibu juga sering memarahi Nana. Kenapa ibunya Nana tidak sebaik ibunya Safa? Beragam pikiran buruk mulai menghiasi pikiran Nana, hingga akhirnya gadis kecil berambut ikal itu tertidur.

Ssst … sst! Nana, ayo bangun!” Sebuah suara mengejutkan Nana.

Nana mencari asal suara tersebut. Ia mencari ke sana-kemari.

“Nana, kau mencariku?” Seekor naga berwarna hijau, setinggi tubuh Nana, tiba-tiba berdiri sambil tersenyum di depannya.

Nana yang merasa terkejut dan takut, lalu berteriak. “Aaa!”

“Jangan takut. Aku naga yang baik, kok,” ujar sang naga berusaha menenangkan Nana.

 

-Bersambung-

 

#joeraganartikel

#eventcernak

#day1

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *