[Cerbung]Anak Hebat Itu Muridku
Tagged Tags: , ,

Sering Bolos

Ahh, lagi- lagi kosong bangku itu, kemana lagi hari ini? Rasa kesal bercampur tanda tanya kini menguasai hati dan pikiran ku. Dalam hatiku berkata, ”Sudah banyak sekali kamu bolos sekolah  nak.” Lalu aku bertanya ke pada murid – murid yang lain.

adakah yang tahu kenapa Andi sering tidak hadir?’’ Seketika suasana kelas menjadi rusuh, ada yang bilang, ”Dia jadi Pak ogah,” Bu.

Ada yang bilang, ”andi  jualan,” Bu. Ada juga yang bilang, ”andi jagain adiknya,” Bu.

Lalu seketika aku berpikir, suara mana yang benar?

Akhirnya, kemudian  aku putuskan untuk menghubungi no WA yang tertera di grup kelas. Bunyi di sebrang sana terdengar tutttttt … tutttt … tutttt, beberapa kali kuhubungi, namun tak berhasil, lalu kulihat  tanda di gawai bertanda memanggil, dan akhirnya aku menggerutu sendiri.

Lagi- lagi belum menemukan informasi yang jelas. Sambilku letakan gawai aku menarik napas yang panjang. selanjutnya , Solusi terakhir sepertinya harus mengunjungi rumah Andi, dan niatku sudah bulat pulang sekolah akan kunjungi rumahnya untuk mendapatkan kejelasan.

Anak Hebat itu Muridku

Tibalah waktunya untuk mewujudkan niatku. Aku pulang sekolah berjalan kaki bersama rekan yang lain, sepanjang jalan ada saja yang menjadi bahan pembicaraan, terkadang membuat tertawa, kesal karena pengendara yang sering memberikan klakson yang membuatku kaget, dan akhirnya mengumpat tidak jelas.

Meski aku seorang guru, tetap saja kalau emosi akupun sering marah ketika ada yang membuat kesal. Ketika asyik melangkah sambil bercoloteh mataku menangkap seseorang anak, yang selama ini aku cari-cari kehadirannya di kelas yaitu andi. dan akhirnya aku menemukan anak itu, anak itu murid ku.

Anak hebat itu muridku, ia menundukan kepalanya, sepertinya dia  menghindari tatapan mataku. Aku terus menatap setiap langkahnya, ehhh… benar saja, dia semakin mempercepat langkahnya. Tapi tetap terus menundukan kepala, dengan langkah seribu aku menghampirinya, dia pun  kaget, dan berkata, ”Ehh, Ibu,”

Tabir Mulai Terbuka

Lalu aku pun membalas,” Iya! Kemana saja kamu andi?” Dia semakin menunduk hanya terucap kata, ”Maaf, Bu,” Tidak ada ucapan lagi, lalu aku mengamati apa yang dia bawa, tangan kiri membawa keranjang, dan tangan kanan pun membawa kantong plastik ukuran besar untuk seusia anak- anak.

“Apa yang kamu bawa?”
”Dagangan bu,’’
“Jualan apa?”
“Aku jualan tutut”
Ohhh, awal mulanya mau menasehati kalimat panjang, namun akhirnya aku hanya berucap “oooh” saja.
“Sudah habiskah? Masih ada sisa 3 bu. Sisanya ibu beli iya. Kemudian setelah selesai transaksi aku berkata,
”Jualan boleh, asal sekolah jangan sering bolos, atur jadwal jualan dan sekolah,” dengan suara lirih anak itu menjawab, “Iya Bu, maaf,”
“Iya nak, tetap semangat.

Akhirnya tabir sudah terbuka, penyebab ketidak hadirannya sudah jelas. Niat untuk mengunjungi rumah Andi , kuurungkan. Anak hebat itu muridku, aku memberinya ruang untuk mengkomunikasikan dengan orang tuanya, dan selanjutnya aku teruskan langkah ku.

 

Bersambung……

 

Penulis : Yunengsih

Avatar

nama yunengsih, lahir di banten, usia sekarang 43 tahun, saya seorang pendidik yang bertugas di SDN CISALAK PASAR 3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *