Satu Barang Tiga Harga

Satu Barang Tiga Harga

Karya Chanifah N.A

Teman-temanku memandang Ayah penuh keheranan,

“Kenapa botol sama tutupnya harus dipisah, seperti kisah cintaku dengannya, harus terpisah antara ruang dan waktu,” ucap Nanda puitis.

“Terpisah ruang dan waktu, emang cewek yang kamu sukai mbak Kunti,” tanya Ali sembrono.

Semua yang ada di rumah Hilmy tertawa, sedangkan Nanda diam tak bisa menjawab.

“Sudah, sudah..Lihat muka Nanda kayak kepiting rebus,” ujar Ayah menenangkan, “Sebenarnya untuk botol bekas lebih mahal harganya jika botol dan lebel kemasannya di copot atau dibuka, kemudian botolnya di press. Harga jualnya jauh lebih tinggi, ketimbang yang masih bentuk botol utuh.”

“Kok bisa gitu,” tanya Jihan penasaran.

“Begini, tutup botol kita kumpulkan sendiri, label kemasan juga kita kumpulkan sendiri, dan botol yang sudah di press kita kumpulkan sendiri. Kita sudah dapat tiga jenis sampah daur ulang. Kalau dijual dalam bentuk botol utuh, kita cuma dapat satu barang,” terang Ayah panjang lebar.

Semua yang ada di ruangan itu saling pandang, senyum merekah di bibir mereka,”Ayah hebat!” seru mereka kompak.

Mereka pun bahu-membahu melaksanakan tugas dari Ayah Hilmy. Canda dan tawa mewarnai di sela-sela kesibukan mereka.

“Yah, boleh tidak kalau tutup botolnya untuk kreasi?” tanya Nafisah.

“Boleh, kamu mau membuat kreasi dari tutup botol?” Ayah balik bertanya.

Nafisah menanganguk mantap, Ayah berdehem, “Sepertinya kita butuh tim penjualan dan promosi.”

Azami anak pendiam diantara mereka membuka suara,

”Gimana kalau kita membuat video tutorial,” tanya Azami ragu-ragu.

“Waa, si pendiam buka suara dan usulnya menarik sekali.Aku salut padamu man,” seru Nanda sambil memukul pundak Azami.

Semua mengangguk setuju,Ilham mengacungkan jempolnya,”Terus diunggah di youtobe atau tik tok, kita bakalan terkenal!”

Suasana semakin riuh, mimpi boleh setinggi langit, karena jika kau tak bermimpi maka kau seperti burung yang tak punya sayap.

Hilmy segera menyusun rencana pembuatan video dengan Azami. Rasanya seru jika satu barang tiga harga. Semua tampak antusias sekali, sampai mereka tak menyadari kalau Jihan sudah tidak ada diantara mereka.

“Teman-teman, tolong! berat, nih!” seru Jihan memanggil teman-temannya.

Semua menoleh ke asal suara, mereka heran Jihan membawa banyak kertas koran bekas di boncengan sepedanya.

“Eee malah bengong!” seru Jihan menyadarkan mereka.

Hilmy dan Ali segera berlari membantu Jihan menurunkan kertas koran ke teras rumah.

“Dah aku mau balik ambil lagi,” ucap Jihan sambil memutar sepedanya.

“Emang kamu ambil ini di mana?” tanya Hilmy.

“Di kalurahan, lumayan,tapi jangan dijual, lo,” kata  Jihan mengingatkan.

Nah, kertas koran itu mau dibikin apa? Kenapa tidak boleh dijual?

Bersambung…..

 

Korektor Ira Mutiara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *