[Cerpen] Momo Sakit Perut
Tagged Tags:

Momo Sakit Perut
Oleh Atik Dewi

Minggu pagi udara sangat dingin. Sang mentari masih belum nampak. Namun suasana di tepi sungai sudah sangat ramai, semua hewan berkumpul di sana. Ada Bubu buaya sedang menggosok gigi, Momo monyet sibuk dengan menghitung pohon pisang di tepi sungai. Ada Kuni kuda nil sedang menggosok badan di tepian sungai bersama anaknya. Jeje jerapah asyik minum dengan tenang, sedangkan Bonbon gajah asyik bermain bersama teman-temannya. Dikejauhan, Pak Harimau bersembunyi menyaksikan para hewan.

Undangan Makan Pipi Sapi

Baba banteng tampak duduk saja menyaksikan keramaian pagi ini.
“Hai!Teman-teman, nanti jam 11 siang jangan lupa, ya. Pipi sapi mengundang kita makan siang di rumahnya.” teriak Baba mengingatkan.
“Baba, Kami takut kalau harus berjalan bersama keluarga harimau.” kata Kuki kijang.
“Jangan khawatir, nanti kita jalan bersama-sama.” Kata Baba mencoba menghilangkan kekhawatiran Kuki
“Jam 11 kita berkumpul di sini. Jangan ada yang terlambat.” Sekali lagi Baba mengingatkan teman-temannya.

Menjelang siang Baba sudah berada di tepi sungai, dia menghitung teman-teman yang ikut ke rumah Pipi Sapi.
“Ayo, kita berangkat! Jangan jauh-jauh dari rombongan!” Baba memberi komando.
Setibanya di rumah Pipi aneka makanan telah tersaji dengan rapi. Semua kesukaan teman-teman ada disitu. Ada wortel, apel, pisang, kacang, bahkan rumput segar juga tersedia di sebuah keranjang.

Tak ketinggalan aneka kue lezat juga ada. Untuk pak Harimau dan Bubu buaya, Pipi menyediakan sosis segar. Momo monyet kegirangan melihat setandan pisang di atas meja.
“Pipi sapi memang baik hati, ya. Dia tahu kalau aku suka pisang yang ranum dan besar.” Momo tersenyum-senyum sendiri.

Bonbon melihat Momo hendak membawa setandan pisang ke sudut taman sendirian.
“Momo, jangan serakah! Ingat temanmu, berbagilah dengan yang lain.” Bonbon menjulurkan belalai berharap Momo mau berbagi dengannya. Namun yang dilakukan Momo adalah membawa pisang keatas pohon yang tinggi, dan menghabiskannya sendiri.

Bonbon menggelengkan kepalanya,”Yah, Momo, semoga kamu baik-baik saja.” harapnya cemas.
Menjelang sore teman-teman berpamitan kepada Pipi Sapi. Semua merasa senang dan puas dengan hidangan yang disuguhkan.
“Pipi, kami senang dan puas dengan suguhan ini. Terima kasih untuk ini semua, sekarang kami mau pulang.” Kuni kuda nil berpamitan kepada Pipi.
“Pipi terimakasih,ya.” Kiki kelinci juga mengucapkan terima kasih.

Momo di Mana?

Sebelum rombongan beranjak pulang, Baba kembali menghitung teman-temannya.
“Kurang satu!” Teriaknya. “Momo monyet, dimana dia, ya? Apa masih ada di dalam?” Baba mencari di sekitar halaman dan Kuki kijang mencari Momo di dalam rumah Pipi, tidak ada Momo di sana. Bubu mencari didekat sungai tetapi juga tidak ditemukan.
“Mondi monyet kecil, coba manjat ke atas pohon tinggi itu. Mungkin Momo ada di sana!” Perintah Bonbon pada Mondi.

Bonbon teringat Momo membawa pisang ke atas pohon. Mondi pun dengan tangkas memanjat ke atas pohon. Benar saja, Momo tertidur pulas di sana.
Mondi membawa Momo turun dengan perlahan-lahan. Bonbon segera menjulurkan belalainya untuk membantu.
“Momo, kamu sakit atau mengantuk?” Baba bertanya kepada Momo.
“Perutku sakit sekali,“ kata Momo sambil memegang perutnya.
”Makanya jangan serakah kamu,” sahut Bonbon sambil tersenyum geli
“Ya, Bon, maaf, aku tidak mendengarkan nasihat kamu. Lain kali aku akan berbagi makanan dengan teman.” Momo mengakui kesalahannya.
“Ya sudah, sini aku gendong kamu pulang, kita bawa Momo ke rumah Pak Owl untuk meminta obat sakit perut.” Bonbon pun menggendong Momo di punggungnya.
“Ada ada saja kamu, Mo!” Baba menjewer kuping Momo dan tertawa diikuti yang lainnya.

Editor : Indah Taufanny

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *