[Cerpen] Nining dan Amanah Ibu
Tagged Tags:

Antara Kopi dan Buku Cerita

“Ning, tolong belikan kopi di warung Mak Ipah, ya, Nak,” pinta Ibu ketika Nining sedang menuang air minum ke dalam gelas.

“Berapa, Bu?” tanya Nining seusai melepaskan dahaganya.

“Seperempat kilo saja,” jawab Ibu.

Nining menerima uang yang diberikan oleh Ibu. Setelah itu, ia berlari menuju warung Mak Ipah yang berada di gang sebelah.

Di tengah perjalanan, Nining bertemu Syifa, teman sekelasnya. Syifa yang baru pulang dari membeli buku cerita anak bersama ayahnya, mengajak Nining untuk melihat buku itu. Tentu saja Nining merasa sangat senang.

Ketika akan berjalan menuju rumah Syifa, Nining teringat kopi yang harus dibeli sesuai permintaan Ibu. Namun, hatinya berbisik, Ah, enggak apa-apa. Cuma melihat-lihat sebentar, kok. Nining pun menuruti kata hatinya.

“Ayo, Ning, jadi ikut, enggak?” tanya Syifa yang melihat keraguan Nining.
“Iya, tunggu aku, Syifa!” teriaknya.
Gadis kecil berusia delapan tahun itu berlari mengejar Syifa.

[Cerpen] Hadiah dan Tanda Sayang di Hari Ibu

Di teras rumah Syifa, keduanya langsung asyik melihat-lihat buku cerita bergambar, hadiah dari ayah Syifa itu.  Keseruan ceritanya, membuat Nining lupa pada waktu dan niatnya semula. Ia terus membaca lembar demi lembar buku cerita bersama Syifa.

“Nah, benar dugaan Kakak. Ning pasti main di sini. Kopinya sudah dibeli belum?” Tiba-tiba suara Ratna, kakak Nining, mengejutkan mereka.
“Astagfirullah al-‘azim! Lupa!” teriak Nining panik.

“Ya ampun, maaf, Kak. Tadi Syifa yang ajak Nining ke sini,” sahut Syifa, merasa bersalah.
Ratna tersenyum dan mengajak Nining berpamitan serta berterima kasih kepada Syifa, lalu menuntunnya menuju warung Mak Ipah.

Di jalan, Nining bertanya pelan, “Kakak disuruh Ibu cari Ning, ya?”
Ratna mengangguk.
“Ibu marah enggak, Kak?” tanya Nining, cemas.
Ratna menoleh kepada adiknya, lalu berkata, “Tergantung Ning mau mengakui kesalahan apa enggak.”
Nining menunduk, dalam hati ia menyesal sudah mengabaikan amanah Ibu.
“Iya, Kak. Ning salah. Seharusnya, Ning beli kopi dulu. Setelah memberikan kepada Ibu, baru, deh, Ning boleh main ke rumah Syifa,” ujarnya lirih.



Nining Mau Belajar Amanah

Usai membeli kopi, dua beradik itu langsung kembali ke rumah. Melihat Ibu sedang menunggu mereka, Nining buru-buru menghampiri.

“Maafkan Ning, Bu. Ning melupakan amanah yang Ibu berikan,” sesalnya.

Ibu mencubit pipi gadis kecilnya dengan gemas.

“Lain kali harus amanah, ya, Sayang,” kata Ibu.

Nining mengangguk, lalu menghampiri ayah.

“Maaf, ya, Yah. Gara-gara Ning, Ayah jadi belum dibuatkan kopi,” sesalnya.

Ayah melipat koran yang habis dibaca, kemudian menoleh kepada Nining. “Memangnya kenapa Ning sampai lupa beli kopi?” tanya ayah.

“Ning lihat buku cerita barunya Syifa, Yah. Karena bagus, Ning jadi keterusan baca,” jawab Ning, malu-malu.
“Jadi, Ning menyesal?” tanya Ayah lagi.

“He eh, besok-besok, Ning akan menjaga amanah dengan baik, Yah,” janji Ning kemudian.

“Begitu, dong. Menurut hadis riwayat Ahmad, iman seseorang tidak sempurna jika tidak amanah,” timbrung Ratna tiba-tiba.

“Wah! Hebat, Kak Ratna,” puji Ayah.

“Itu kata Ustazah,Yah,” ujar Ratna, tersipu.

“Benar itu,” komentar Ibu yang datang membawakan kopi untuk Ayah. “Kak Ratna pintar, masih ingat yang diterangkan Ustazah,” lanjut Ibu tersenyum lebar.

“Iya,” angguk Ayah, ” Ning juga hebat , berani mengakui kesalahan. Sebagai hadiah, masing-masing akan ayah belikan satu buku cerita.”

Ucapan Ayah pun disambut teriakan gembira kedua putrinya yang manis itu.

Editor: Indah Purwanto

#joeraganartikel
#eventcernak
#Day3

1 comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *