Naga Baru Klinting dan Kisah Terjadinya Rawa Pening

Alkisah pada jaman dahulu kala di lereng Pegunungan Telomoyo tinggallah seorang pertapa bernama Ki Hajar bersama istrinya yang sangat patuh pada suaminya. Suatu hari sang istri meminjam pisau suaminya, Ki Hajar berpesan pada istrinya “Istriku kupinjamkan pisau ini, namun jangan pernah kau taruh pisauku ini di pangkuanmu”. Istri Ki Hajar pun mengiyakan.

Namun karena saking konsentrasi melakukan aktivitasnya sang istri lupa akan pesan Ki Hajar, dengan tidak sengaja ditaruhnya pisau di pangkuanya. Apa yang terjadi? pisau itu raib, hilang. Ki Hajar hanya diam sambil berkata pada sang istri. “Istriku mungkin memang saatnya aku harus meninggalkan kamu untuk semedi di Puncak Gunung Telomoyo. Jika suatu hari nanti kamu hamil dan mempunyai anak tolong kenakan kalung klintingan ini pada anak kita”.

 

Bayi Naga bernama Baru Klinting

Ki Hajar pergi meninggalkan istrinya yang ternyata sedang mengandung putranya.Tidak lama kemudian,
lahirlah putra Ki Hajar dari rahim istrinya betapa kagetnya istri Ki Hajar anak yang terlahir bukan bayi manusia, namun seekor Naga. Walau dirundung kesedihan istri Ki Hajar tetap menyayangi putranya tersebut dan Naga bisa berbicara seperti manusia.

Suatu hari si “Naga Baru Klinting” nama anak tersebut menanyakan pada ibunya “Ibu, apakah aku mempunyai ayah seperti anak-anak yang lain dan dimana sekarang ayahku”
Sang ibu pun menjawab “Anaku Naga Baru Klinting, kamu mempunyai ayah namanya Ki Hajar sekarang ayahmu berada di pegunungan Telomoyo”. Akhirnya si Naga Baru Klinting pamit kepada ibuknya untuk mencari dan menyusul ayahnya. Sebelum pergi sang ibu mengalungkan klintingan yang dulu diberikan oleh Ki Hajar. Kalung yang dipakai di Naga berbunyi seperti klintingan.

naga baru klinting rawapening
Foto keindahan Rawapening

Naga Baru Klinting Bertemu Ayahnya

Singkat cerita si Naga sudah sampai di puncak gunung Telomoyo dan melihat ada seseorang yang sedang bertapa, si Naga yakin kalau orang itu adalah Ki Hajar yang juga bapaknya. Si Naga mendekati Ki Hajar sambil berkata “Maaf apakah Anda ayahku?
Ki Hajar sebenarnya mengetahui kalau Naga itu adalah anaknya dari klintingan yang dipakai,  Namun Ki Hajar berkata “Kalau kamu memang anakku, coba buktikan dengan cara Kamu harus mengelilingi gunung ini dengan tubuhmu”.

Akhirnya si Naga menuruti perintah Ki Hajar, tubuhnya dilingkarkan mengelilingi gunung tersebut. Hari berganti, bulan berganti tahun, bertahun tahun si Naga berusaha untuk menyatukan lidah dan ekornya agar diakui sebagai anak dari Ki Hajar. Namun sampai tubuhnya ditumbuhi lumut dan menyerupai pohon lidah dan ekornya belum bertemu. Si Naga Baru Klinting dengan sabar menunggu untuk bisa menyatukan ekor dan lidahnya.

Suatu hari penduduk desa akan mengadakan pesta untuk acara Merti Desa, dan membutuhkan lauk-pauk untuk acara tersebut. Untuk mendapatkan lauk-pauk, penduduk desa laki-laki pergi berburu ke hutan. Sayangnya tidak satupun binatang mereka jumpai, akhirnya mereka kelelahan dan beristirahat sambil duduk ditempat yang teduh. Salah satu warga dibuat kaget karena tiba-tiba ketika menancapkan senjatanya di akar pohon. Pohon itu mengucurkan darah, mereka percaya dan yakin bahwa itu adalah ular. Akhirnya penduduk beramai-ramai memotong tubuh naga dan dagingnya dibawa pulang untuk pesta. Mereka tidak menyadari yang direncak ternyata adalah tubuh dari si Naga.

 

Merti Desa Berujung Bencana

Penduduk pun bersuka cita berpesta dengan daging naga tadi. Dari kejauhan tampak ada anak kecil yang penuh dengan luka dan baunya tidak enak mendekati para warga yang sedang berpesta. karena merasa terganggu dengan kehadirannya, si anak kecil tersebut diusir oleh warga dengan kasar.

Si anak pun pergi meninggalkan penduduk dan ada seorang nenek yang mengajak anak kecil tersebut ke rumahnya . “Siapa namamu, nak? Kenapa kamu disini”
“Namaku Baru Klinting, Nek, aku lapar mau minta makan” kata Naga Baru Klinting.
“Kasihan sekali kamu, hayo ikut ke rumahku”.

Akhirnya Baru Klinting ikut nenek ke rumahnya dan diberi makanan sampai kenyang. Baru Klinting kemudian berpamitan pada nenek untuk kembali ke pesta warga. Sebelum pergi Baru Klinting berpesan pada sang nenek “Nenek aku mau kembali ke warga yang sedang berpesta, tolong nanti kalau terjadi sesuatu nenek naiklah ke lesung ini ya, Nek ”
Si nenek hanya bisa mengiyakan, dan tidak terpikir apapun.

 

Tercabutnya Lidi dan Datangnya Air Bah

Baru klinting pun kembali ke tempat warga pesta. Dengan kasar warga mengusir Baru Klinting. Baru Klinting tetap tidak mau pergi, akhirnya Baru Klinting berkata kepada warga “aku akan pergi dari sini, tapi ada syaratnya “

“Apa syaratnya” tanya para warga.
“Tidak susah kok, aku cuma mau tancapkan lidi ini di tanah. Jika lidi ini bisa kalian cabut maka aku akan pergi dari sini. Tapi jika kalian tidak bisa mencabut maka kalianlah yang harus pergi dari sini”.

Akhirnya Baru klinting menancapkan lidi ke tanah, dengan sombongnya para penduduk mencoba mencabut lidi tersebut. Namun tak satupun warga yang berhasil mencabut lidi tersebut.
“Bagaimana kalian? Masih ada yang mau mencabut lagi ?”
Para penduduk angkat sembari berkata “coba kamu anak kecil, coba kau cabut lidi itu atau kamu harus pergi dari sini”
Sambil berjalan dengan tenang mendekati lidi yang tertancap di tanah, Naga Baru Klinting menggunakan satu tangan untuk mencabut lidi tersebut. Tercabutnya lidi tersebut mengeluarkan air yang sangat deras dan terbenamlah tempat tinggal dan para penduduknya. Sang nenek naik diatas lesungnya bersama Baru Klinting sambil berkata “nenek dan juga semuanya tempat ini akan aku beri nama “Rawa Pening ”
Rawa pening adalah tempat wisata di daerah Salatiga Jawa Tengah.

Diceritakan kembali
Sulastri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *