[Cerpen] Kucing Kecilku

Kiara Takut pada Kucing

“Iih jijik!” Kiara melompat menghindari seekor kucing yang tiba-tiba muncul di teras rumahnya. Disambarnya gelas di meja. Kiara menyiram kucing itu dengan air teh manis yang tengah diminumnya. Kucing itu mengeong terkejut. Lalu lari terbirit-birit ke halaman.

“Kiara, kenapa kucingnya disiram?” tanya Ibu kesal. “Lihat, lantainya jadi lengket karena air teh manis!”

Kiara cemberut. Pura-pura tidak mendengar omelan Ibu. Ia memang jijik dengan kucing. Penyebabnya sederhana, waktu kecil ia pernah disodori tikus oleh kucing milik Nenek. Kiara memang takut tikus. Sejak saat itu ia menghindari kucing karena takut diberi tikus lagi.

“Lagian, kucingnya juga nggak bawa tikus, tuh!” gerutu Ibu lagi.

[ Cerbung ] Kucing Baru Laras – Part1

 

 

Kiara tambah cemberut. Ia berharap Paman cepat menjemputnya. Kata Nenek ia boleh menginap di rumah Nenek beberapa hari. Kiara senang sekali, karena itu berarti ia bisa mencicipi kue buatan Nenek berhari-hari.

Sekitar jam 11 siang, Paman pun muncul. Kiara cepat-cepat berpamitan kepada Ibu dan naik ke mobil Paman.

“Nenek sedang apa, Paman?”
Paman tertawa. “Dari wanginya kayaknya sedang bikin kue, tuh,” jawabnya.

“Asyik!”

Tawa Paman tambah kencang. Senang hatinya karena nanti rumah Nenek akan ramai.

Kiara langsung turun begitu mobil berhenti di depan rumah. Ia berlari ke dalam sambil berseru memanggil Nenek. Nenek senang sekali, sejak pagi ia sudah membuat kue untuk menyambut Kiara.

“Kuenya enaaak. Boleh tambah lagi, ya?”

“Ambil sesukamu, Sayang.”



 

Kiara makan kue dengan lahap. Setelah kenyang ia pun masuk kamar. Tanpa sadar Kiara tertidur pulas. Dalam tidur ia seperti mendengar suara kucing mengeong-ngeong. Suara kucing besar dan anak kucing. Kiara terbangun dari tidur karena terkejut. Kucing? Matanya langsung melebar, mencari di seluruh kamar. Seingatnya Nenek sudah tidak punya kucing lagi. Lalu suara kucing itu mimpi atau nyata?

“Mungkin kucing di halaman belakang kamarmu itu,” celetuk nenek, memotong cerita Kiara.

“Memang ada halaman di belakang kamarku?”

“Iya, itu … halaman rumah kosong di sebelah kita itu ….”

Sejak hari itu Kiara sering mendengar suara-suara kucing. Si ibu kucing selalu mengeong memanggil anaknya. Kiara yakin itu berarti waktunya makan untuk si kucing kecil. Suara kucing kecil itu imut sekali. Entah kenapa ia jadi penasaran ingin melihat mereka.

Kiara Tak Lagi Jijik dan Takut pada kucing

Suatu hari hujan besar. Kiara sampai menutup kepala dengan bantal karena suara hujan berisik sekali. Tiba-tiba terdengar suara si anak kucing. Ia mengeong-ngeong memanggil ibunya. Makin lama makin kencang suaranya.

MIAUWW!

Tiba-tiba kucing kecil itu menjerit keras sekali. Kiara melempar bantalnya. Ia duduk dengan gugup. Jangan-jangan anak kucingnya hanyut! Ia menunggu hujan reda dengan tegang. Si ibu kucing datang ketika hujan berhenti. Ia mengeong terus, tetapi anaknya tidak menjawab. Kiara tak tahan, ia berlari ke halaman belakang kamarnya itu.

Kiara mau ke mana?” tanya Nenek sambil mengikuti Kiara.

Kiara berlari terus sampai menemukan si ibu kucing di halaman. Ia mengeong terus. Kiara jadi ikut mencari-cari juga.

Di mana kamu kucing kecil?

Kiara hampir menyerah ketika terdengar suara mengeong dari teras belakang rumah kosong. Si kucing kecil berlari keluar, memanggil ibunya.

“Lucu sekaliii …!” seru Kiara.

Nenek tertawa. “Sekarang tidak jijik lagi sama kucing?”

Kiara menggeleng tegas. Ia senang sekali melihat ibu kucing yang begitu sayang pada anaknya.

Fitri Junita
(Editor)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *