[Cerpen] Ternyata, Pahlawan Kota Itu Adalah…
“Murid-murid, pekan depan kita akan memperingati hari Pahlawan,” ujar Bu Dewi, Wali Kelas lima.
“Tahun ini, karena masih pandemi Covid-19, peringatan akan dilakukan secara berbeda. Ibu akan mengundang seorang pahlawan kota. Orang tua salah seorang dari kalian.” Bu Dewi berkata sebelum mengakhiri kelas pembelajaran tatap muka (PTM) yang hanya berlangsung 2 jam hari ini. “Acara akan diselenggarakan pekan depan secara online ya, anak-anak. Wassalamu’alaikum … “
Siswa kelas lima SDIT Mutiara Salsabila serentak menjawab salam dan keluar dari ruangan. Mereka menebak-nebak orang yang diundang Bu Dewi sebagai pahlawan kota.
“Mungkin ayahku. Ayah, kan dokter. Selama pandemi Covid-19, tenaga kesehatan adalah garda terdepan penanggulangan penyakit,” ujar Ahmad.
“Ah, sulit menebaknya. Orang tua teman-teman kita semua hebat. Ada dokter, perawat, guru, tentara, dan lain-lain,” ucap Ahsan berkata sambil berpikir.
“Ada juga guru, pedagang, dan petugas kebersihan.” Ahmad menambahkan.
“Apakah pertugas kebersihan layak disebut pahlawan? Aku rasa tidak!” cetus Amir dengan wajah kecewa.
“Ah, sudahlah! Kita lihat saja pekan depan.” Ahmad berkata sambil melambaikan tangan. Ibunya terlihat sudah menunggu di depan gerbang sekolah.
***

Makna Pahlawan

Hari ini, 10 November 2021.
Murid-murid sudah siap di depan gawainya masing-masing. Peringatan Hari Pahlawan tahun ini memang sangat berbeda.
Dimulai dengan upacara secara daring, kemudian ada penampilan puisi, lagu, dan tari teman-teman dari kelas I sampai dengan VI berupa rekaman video.
Setelah itu Bu Dewi mendapat giliran berbicara. Beliau menjelaskan tentang makna pahlawan.
“Pahlawan secara umum diartikan sebagai seorang yang mempunyai keberanian dalam membela kebenaran. Dalam pelajaran sekolah dan buku-buku sejarah, kalian mungkin sudah kenal dengan Teuku Umar, Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, dan Pattimura. Mereka semua adalah pahlawan kemerdekaan.”


Bu Dewi kemudian menampilkan gambar berbagai profesi di layar. Ada polisi, perawat, guru, dan petani.
“Semua profesi pada gambar di atas adalah pahlawan. Begitu pula pekerjaan lain.” Bu Dewi menjelaskan dengan tegas.
Siswa kelas 5 bersuara riuh dari tempatnya masing-masing. Penghargaan pahlawan kota akan diberikan kepada salah satu orang tua mereka. Jadi, pengeras suara mereka sengaja tidak dimatikan.
“Bagaimana mungkin semua pahlawan? Apa jasa mereka pada kita?” Ahsan berbicara dengan lantang.
“Tentu saja ada,” jawab Bu Dewi. “Petani contohnya. Tanpa mereka, kita makan apa? Lalu petugas kebersihan. Mereka yang berseragam oranye, menyapu dan mengangkut sampah. Tanpa mereka, bagaimana kondisi lingkungan kita? Penuh sampah dan berbau.”
“Betul juga,” terdengar sebuah suara.
“Kita tidak boleh meremehkan mereka,” ujar suara lain.
“Nah, anak-anak, kita memang harus menghargai semua yang berada di sekeliling. Mereka semua pahlawan sesuai tugasnya masing-masing.Yang terdekat, ayah dan ibu adalah pahlawan juga bukan?”
Murid-murid terlihat mengangguk-angguk di layar komputer Bu Dewi.

Penghargaan Hari Pahlawan

“Hari ini, ibu dan dewan guru sudah memilih satu orang tua sebagai pahlawan kota. Namun, bukan berarti yang lain tidak berjasa. Semua berjasa.”
Tak lama, di layar komputer tampak Pak Bendi yang berseragam oranye. Dia pahlawan, seperti yang sudah dijelaskan Bu Dewi tadi.
“Terima kasih semua atas penghargaannya. Saya tidak menyangka,” ujar Pak Bendi. “Ayah minta maaf kepada Amir jika sudah membuat kamu malu.”
“Tidak ayah.. Ibu Dewi benar. Ayah pahlawan, terutama bagiku.” Amir berkata sambil menangis terisak.
Beberapa teman ikut terharu menyaksikan penghargaan hari Pahlawan kali ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *